Semar disebut juga Badranaya

Mengemban sifat among, membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.

Benih yang baik untuk hasil terbaik

Apabila menginginkan hasil yang baik maka tentulah dipilih bibit yang baik pula, bibit yang unggul, bibit yang sempurna.

Tesing dumadi, asal mula terjadinya Manusia.

Asal mula manusia adalah dari getaran tanaman dan getaran binatang yang kita makan, dan akhirnya berwujud air putih (air suci) dengan sinar cahaya tri tunggal yaitu nurcahya = sinar cahaya allah, nurrasa = sarinya Bapak dan nur buat = sarinya Ibu).

Pancasila..sikap hidup bangsa Indonesia.

Menurut ajaran spiritual Budaya Jawa, Pancasila merupakan bagian dari Wahyu Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya (Wahyu tujuh ajaran yang masing-masing berisi lima butir ajaran mencapai kemuliaan, ketentraman, dan kesejahteraan kehidupan alam semesta hingga alam keabadian/akhirat).

Apakah yang kita miliki..?

Ketika mati pun kita tidak akan membawa sepeser pun uang. Masihkah kita merasa sebagai makhluk yang adigang-adigung-adiguno?

Sujud dasawarsa, Sujudnya warga KSD

Sujud secara Kerohanian Sapta Darma adalah tata cara menembah kehadapan Hyang Maha Kuasa.

Kita tidak sendiri

Alam beserta isinya adalah milik kita bersama...mari jaga kerukunan, kebersamaan dalam menjaga kelestarian demi generasi selanjudnya

out of body experience

Peristiwa out of body experience adalah merupakan gambaran awal dari kematian, Adalah merupakan indikasi putusnya hubungan Input sensor dalam tubuh, ketika kondisi manusia dalam konsisi sadar.

Butir-butir budaya jawa

Hanggayuh Kasampurnaning Hurip Berbudi Bawalesana Ngudi Sejatining Becik

Wewarah Tujuh

Merupakan kewajiban yang harus dijalankan Warga SAPTA DARMA dalam kehidupannya.

Sesanti

Sikap dan perilaku hidup dalam masyarakat yang harus diciptakan oleh Warga SAPTA DARMA.

Wejangan

Wejangan Panuntun Agung Sri Gutomo bagi warga SAPTA DARMA dalam mengenali jati diri yang sebenarnya.

Rabu, 18 Agustus 2010

FILSAFAT RUANG-WAKTU

Hakekat ruang waktu

Bagi yang suka belajar ilmu filsafat, tulisan ini sekedar mengingatkan pelajaran PENGANTAR FILSAFAT. Tujuan pemuatan artikel sederhana ini tidak lain agar bisa menjadi dasar pemahaman kita terhadap dunia fisik ditinjau dari kacamata sains. Salam.Wong Alus

Dalam memahami alam fisik dari quark – atom – unsur – molekul organik/anorganik – sampai jagad raya ini, kita tidak dapat meninggalkan pengertian mengenai ruang dan waktu. Pengertian ruang dan waktu menurut para ahli seperti yang dikemukakan dalam Kattsoff (1996)(4) adalah sebagai berikut :

Menurut ajaran Newton ruang dan waktu adalah objektif, mutlak dan bersifat universal. Ruang mempunyai tiga matra, yaitu atas-bawah, depan belakang, kiri kanan. Sedangkan waktu hanya bermatra depan belakang. Di dalam ruang kita dapat pergi ke setiap arah; di dalam waktu kita hanya dapat pergi ke depan. Untuk dapat menjelaskan bahwa ruang dan waktu bersifat mutlak, maka Newton mengemukakan hukum gerakan yang hakiki dari fisika kuno sebagai berikut :”Suatu benda terus berada dalam keadaan diam atau bergerak, kecuali apabila mendapat pengaruh dari suatu keadaan yang terdapat di luar dirinya. Jika sesuatu benda dalam keadaan bergerak, maka ia akan tetap bergerak, kecuali jika ada sesuatu – sesuatu kekuatan – yang mengubah gerakan tersebut. Gerakan merupakan akibat suatu kekuatan yang mempengaruhi massa”. Jadi di sini gerakan bersifat mutlak yang terjadi di dalam ruang dan waktu; dengan demikian ruang dan waktu juga bersifat mutlak.

Gagasan-gagasan mengenai ruang dan waktu yang bersifat mutlak di atas ternyata menemui kesukara-kesukaran karena timbulnya paradoks-paradoks maupun setelah ditemukannya hukum relatifitas oleh Einstein serta kesukaran-kesukaran dalam pengamatan.

Paradoks yang terkenal dikemukakan oleh Zeno (kira-kira 490 – 430 S.M.), ia menyatakan bahwa banyak keganjilan akan terjadi jika orang mengatakan bahwa gerakan merupakan suatu kenyataan. Salah satu paradoks dikemukakan di sini yaitu “anak panah yang melayang” (Jika kita memiliki anak panah ukuran 3 meter berarti menempati ruang sepanjang 3 meter, kemudian anak panah itu kita lepaskan dan bergerak dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Setiap saat dalam keadaan melayang anak panah tersebut tetap berukuran 3 meter berarti menempati ruang sepanjang 3 meter. Sedangkan kita mengatakan bahwa berukuran sepanjang 3 meter berarti menempati ruang sepanjang 3 meter dan berhubung dengan itu, maka setiap saat dalam keadaan melayang anak panah tersebut berada dalam keadaan diam. Maka dalam hal ini terdapat suatu contradictio in terminis).

Kesukaran berkenan dengan pengamatan, misalnya apakah benar sesuatu yang terlihat antara dua obyek adalah suatu ruang ?. Gambaran pengamatan pada bola mata kita bermatra dua, dan jarak (ruang) yang kita alami berasal dari tangkapan indrawi dalam otot mata. Ini berarti bahwa yang kita tangkap itu bukanlah ruang sebagai kenyataan, melainkan sekedar jarak-jarak yang memisahkan obyek-obyek, karena seandainya tidak terdapat obyek di situ, maka tidak ada sesuatupun yang kita lihat. Jika demikian, maka gerakan , waktu dan ruang mengacu pada suatu obyek tertentu. Jadi jika tidak ada obyek, maka tidak mungkin kita dapat menangkap ruang, waktu dan gerakan yang mutlak dalam kenyataannya.

Menurut ajaran Einstein, ruang dan waktu bersifat relatif. Ruang tergantung pada pengamatnya. Ruang merupakan semacam hubungan antara benda-benda yang diukur dengan cara-cara tertentu. Dengan demikian apabila pengukurannya dilakukan dengan cara yang berbeda, maka hasilnyapun akan berbeda. Waktu juga bersifat relatif karena hasil pengukuran terhadap hubungan-hubungan yang menyangkut waktu tergantung pada pengertian keserampakan (simultaneity); karena apabila sesuatu terjadi, misalnya ledakan, maka kuatnya bunyi ledakan akan berbeda di berbagai tempat. Selanjutnya H.A. Lorentz membuat suatu teori “ persamaan transformasi” yang melukiskan hubungan antara cara-cara pengukuran jarak – juga cara-cara pengukuran waktu – yang menyangkut dua pengamat yang mempunyai kerangka acuan yang berbeda dan berada dalam keadaan bergerak secara lurus, yang saling mendekati.

Di sini didapatkan sebenarnya jarak merupakan sekedar ukuran untuk menentukan ruang; demikianpun dengan transformasi dengan waktu dan hubungannya dengan ruang; Kita tidak akan pernah mengetahui waktu secara tepat apabila tidak memperhitungkan koordinat ruang dan sebaliknya kita tidak akan mengetahui ruang dari suatu obyek bila tidak memperhitungkan koordinat waktu. Sesungguhnya tidak ada waktu yang bersifat mandiri / mutlak, tidak ada ruang yang terpisah dari waktu atau waktu yang terpisah dari ruang yang ada hanyalah ruang-waktu. Akhirnya mulai saat ini kita harus memandang ruang dan waktu secara kontinuum, jalin-menjalin secara tidak terpisahkan, yang satu tidak mungkin ada tanpa yang lainnya; keduanya merupakan satu kesatuan yang menyebabkan timbulnya segenap kenyataan. Dengan demikian waktu, ruang merupakan sekedar matra dari ruang-waktu.

Menurut Alexander, jika kita berusaha memehami ruang dan waktu dalam keadaan apa adanya, maka yang terjadi ialah bahwa kita berusaha memahami benda-benda serta kejadian-kejadian dalam keadaannya yang paling sederhana serta paling mendasar dalam ruang (extension) serta bertahan dalam waktu (enduring), dengan segenap sifat-sifat yang dipunyai oleh kedua macam ciri tersebut. Baik ruang maupun waktu tidak berada sendiri-sendiri secara terpisah, dan kedua-duanya tampil di depan kita secara empiris. Jika tidak ada waktu, maka tidak mungkin ada bagian dari ruang, bahkan yang ada hanyalah kehampaan belaka; dan demikian pula halnya dengan ruang, dalam hubungannya dengan waktu.

Selanjutnya, sehubungan dengan itu tidak mungkin ada titik-titik yang menyusun ruang, tanpa sekelumit waktu yang dapat menimbulkan gagasan kejadian-kejadian murni (pure events) sehingga dapatlah dikatakan bahwa ruang – waktu merupakan keadaan yang nyata yang paling dalam dan merupakan tempat persemaian bagi apa saja yang ada di alam ini. Ruang dan waktu merupakan sesuatu yang menjadi sumber bagi adanya segala sesuatu, sedangkan kejadian-kejadian yang murni merupakan penyusun terdalam dari apa saja yang bereksistensi. Apabila kejadian-kejadian murni tersebut membentuk suatu pola tertentu, maka munculah kualitas-kualitas fisik tertentu, misalnya sebuah elektron dengan ciri-cirinya. Jadi materi merupakan sesuatu yang pertama-tama muncul dari ruang – waktu.

Sebagai contoh kita perhatikan partikel subatom, seperti sebuah electron. Bagaimana kita menggambarkan partikel tersebut ? Tidak seorangpun dapat melihat suatu partikel subatom; partikel ini mungkin berupa sejenis perubahan dalam ruang pada suatu waktu tertentu; artinya suatu kejadian yang murni yang hanya dapat disimak melalui kejadian-kejadian tertentu yang dicatat oleh “ pointer-reading”, misalnya oleh instrumen mikroskop elektron. Hasil-hasil penggabungan kejadian-kejadian murni menimbulkan materi yang lebih rumit dan mempunyai sifat-sifat tertentu pula. ###

Kamis, 05 Agustus 2010

MEMBANGUN BENTENG METAFISIK YANG AMPUH

MEMBANGUN BENTENG METAFISIK YANG AMPUH
by wongalus

Sebuah rumah atau bangunan berdiri pada satu wilayah fisik maupun metafisik. Bila wilayah fisik sudah kita beli dari pemiliknya, maka wilayah metafisik juga harus kita bentengi secara metafisik.

Penunggu metafisik adalah jin yang rumahnya berada di bumi. Jin tersebut banyak spesies dan genus-nya dan semuanya memiliki tempat tinggal yang sama dengan manusia. Oleh karena itu, sebelum menempati sebuah wilayah kita diharapkan untuk berhati-hati. Jangan sampai kita melanggar hak-hak makhluk metafisik yang ada kemungkinan tidak berkenan dengan kehadiran kita.

Kita perlu melakukan slametan, bancakan atau berbagai ritual yang sudah biasa diselenggarakan oleh para leluhur kita dulu. Kebiasaan para leluhur itu tidak salah bahkan perlu diteruskan karena ritual bancakan adalah salah satu sarana untuk mengharmonisasikan kehendak kita dengan kehendak makhluk metafisik. Jangan sampai kita –manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan paling mulia ini– dianggap kurang trapsila, kurang tata krama, kurang sopan santun.

Prinsipnya, kita perlu melakukan sebagai berikut:

1. MOHON IJIN PENUNGGU/PENGHUNI ALAM METAFISIK DENGAN MENGADAKAN KONTAK DENGAN MEREKA
2. SLAMETAN/BANCAKAN SEBAGAI WUJUD RASA SUKUR KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA DAN MENJALIN KEBERSAMAAN/TALI SILATURAHIM DENGAN MAKHLUK METAFISIK
3. BILA SUDAH MENDAPAT IJIN MENEMPATI WILAYAH MAKA LAKUKAN PEMAGARAN.

Mohon ijin dilakukan dengan berkomunikasi secara batiniah pada saat khusus. Bisa dilakukan dengan cara laku tirakat terlebih dulu agar kita siap dan diijinkan tidak mengganggu keberadaan mereka. Mereka biasanya akan mengijinkan bila syaratnya kita kabulkan. Misalnya tidak mengganggu/ ngomong seenaknya/ kadang kita tidak diijinkan membaca kitab suci di tempat-tempat tertentu di bagian rumah karena mereka sangat terganggu. Bila mereka meminta syarat seperti ini, ya dituruti saja. Apa salahnya?

Tidak perlu perang dan mengusir mereka karena ini tindakan tidak “etis” dan “memalukan”. Slametan dilakukan sebagai wujud kesetaraan dan persahabatan dengan sesama makhluk-Nya. Mereka adalah bagian dari organisme alam dimana kita perlu menjalin kerjasama saling menguntungkan. Bukan menebar api permusuhan. Bila dalam ayat suci dikatakan, SETAN ADALAH MUSUH YANG NYATA, maka pahamilah bahwa setan adalah kata sifat untuk manusia dan jin. Jadi yang perlu dimusuhi adalah sifat buruk/jahat manusia dan jin. Bukan manusia dan jin itu sendiri.

Bila urusan pembebasan tanah itu sudah kelar dan beres, maka perlu dilanjutkan dengan membuat benteng/pagar metafisik agar hak-hak kita tidak dilanggar dan antar kedua belah pihak sama-sama saling menjaga konsensus. Cara melakukan pemagaran bisa dilakukan langkah sebagai berikut:

Sediakan empat patok kayu asam jawa dan air secukupnya. Berdirilah di bagian kanan rumah/tanah. Jadi misalnya, bila rumah itu menghadap ke utara maka Anda perlu berdiri di menghadap utara sisi kanan. Selanjutnya, tancapkan satu batang kayu asam Jawa di sisi pojok paling kanan bidang tanah sambil mengatakan dalam hati:

INI TEMBOK NABI SULAIMAN. DALAMNYA LAUT LUARNYA KOTA. KALAU KAMU KELUAR KOTA INI. KAMU AKAN BERENANG DALAM LAUT.

Kemudian Baca BASMALAH KEMUDIAN SURAT AL FATIHAH DAN SURAT YASIN AYAT 1 S/D AYAT KE 9 dan tiupkan ke air di dalam wadah.

Kemudian berjalan menuju ke arah utara sisi kiri sambil mengguyurkan air disepanjang langkah kaki. Apabila sudah tiba di penjuru yang dituju, tancapkan lagi patok kayu asam jawa seperti yang dilakukan sebelum ini. Kemudian Baca BASMALAH KEMUDIAN SURAT AL FATIHAH DAN SURAT YASIN AYAT 1 S/D AYAT KE 9 dan tiupkan ke air di dalam wadah.

Selanjutnya berjalan menuju ke arah selatan sisi kiri sambil mengguyurkan air disepanjang langkah kaki. Apabila sudah tiba di penjuru yang dituju, tancapkan lagi patok kayu asam jawa seperti yang dilakukan sebelum ini. Kemudian Baca BASMALAH KEMUDIAN SURAT AL FATIHAH DAN SURAT YASIN AYAT 1 S/D AYAT KE 9 dan tiupkan ke air di dalam wadah.

Kemudian berjalan menuju ke arah selatan sisi kanan sambil mengguyurkan air disepanjang langkah kaki. Apabila sudah tiba di penjuru yang dituju, tancapkan lagi patok kayu asam jawa seperti yang dilakukan sebelum ini. Kemudian Baca BASMALAH KEMUDIAN SURAT AL FATIHAH DAN SURAT YASIN AYAT 1 S/D AYAT KE 9 dan tiupkan ke air di dalam wadah.

Terakhir, berjalan menuju ke arah awal mulai perjalanan yaitu arah utara sisi kanan sambil mengguyurkan air disepanjang langkah kaki. Apabila sudah tiba di penjuru yang dituju, Baca lagi BASMALAH KEMUDIAN SURAT AL FATIHAH DAN SURAT YASIN AYAT 1 S/D AYAT KE 9 dan membaca sekali lagi: INI TEMBOK NABI SULAIMAN. DALAMNYA LAUT LUARNYA KOTA. KALAU KAMU KELUAR KOTA INI. KAMU AKAN BERENANG DALAM LAUT.

Pemagaran gaib ini selesai. Sekiranya ada orang atau makhluk metafisik berniat jahat memasukki kawasan yang telah dipagar ini, mereka akan mengurungkan niatnya karena ketakutan. Bila masih nekad melakukan perbuatan jahat, maka mereka akan tercebur ke tengah laut metafisik yang kita buat sehingga mereka lemas lumpuh tidak berdaya.

@wongalus,2010