Semar disebut juga Badranaya

Mengemban sifat among, membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.

Benih yang baik untuk hasil terbaik

Apabila menginginkan hasil yang baik maka tentulah dipilih bibit yang baik pula, bibit yang unggul, bibit yang sempurna.

Tesing dumadi, asal mula terjadinya Manusia.

Asal mula manusia adalah dari getaran tanaman dan getaran binatang yang kita makan, dan akhirnya berwujud air putih (air suci) dengan sinar cahaya tri tunggal yaitu nurcahya = sinar cahaya allah, nurrasa = sarinya Bapak dan nur buat = sarinya Ibu).

Pancasila..sikap hidup bangsa Indonesia.

Menurut ajaran spiritual Budaya Jawa, Pancasila merupakan bagian dari Wahyu Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya (Wahyu tujuh ajaran yang masing-masing berisi lima butir ajaran mencapai kemuliaan, ketentraman, dan kesejahteraan kehidupan alam semesta hingga alam keabadian/akhirat).

Apakah yang kita miliki..?

Ketika mati pun kita tidak akan membawa sepeser pun uang. Masihkah kita merasa sebagai makhluk yang adigang-adigung-adiguno?

Sujud dasawarsa, Sujudnya warga KSD

Sujud secara Kerohanian Sapta Darma adalah tata cara menembah kehadapan Hyang Maha Kuasa.

Kita tidak sendiri

Alam beserta isinya adalah milik kita bersama...mari jaga kerukunan, kebersamaan dalam menjaga kelestarian demi generasi selanjudnya

out of body experience

Peristiwa out of body experience adalah merupakan gambaran awal dari kematian, Adalah merupakan indikasi putusnya hubungan Input sensor dalam tubuh, ketika kondisi manusia dalam konsisi sadar.

Butir-butir budaya jawa

Hanggayuh Kasampurnaning Hurip Berbudi Bawalesana Ngudi Sejatining Becik

Wewarah Tujuh

Merupakan kewajiban yang harus dijalankan Warga SAPTA DARMA dalam kehidupannya.

Sesanti

Sikap dan perilaku hidup dalam masyarakat yang harus diciptakan oleh Warga SAPTA DARMA.

Wejangan

Wejangan Panuntun Agung Sri Gutomo bagi warga SAPTA DARMA dalam mengenali jati diri yang sebenarnya.

Selasa, 19 Januari 2010

Bagian 1 : Sekelumit Kisah Sunan Kajenar atau Syeh Siti Jenar




Konon, Seorang ulama Islam, bernama Syeh Abdul Jalil, datang ke Jawa dan bermukim di Bukit Amparan Jati. Disana, beliau bertemu dengan Syeh Dzatul Kahfi, seorang ulama sepuh yang sudah lama menetap di Bukit Amparan Jati. Ulama sepuh inilah guru dari Pangeran Walang Sungsang dan Dewi Rara Santang, putra-putri dari Prabhu Silih Wangi, Raja Pajajaran.

Setelah menetap berdekatan dengan Syeh Dzatul Kahfi, Syeh Abdul Jalil kemudian berpindah ke Carbon Girang. Disana beliau mendirikan sebuah Pesantren dengan nama KRENDHASAWA. Banyak yang tertarik dengan ajaran beliau yang bernuansa spiritual murni. Sama sekali berbeda dengan para ulama-ulama lain yang juga mengurusi kenegaraan. Sibuk ingin mendirikan Kekhalifahan Islam.

Di Pesantren Krendhasawa, para santri tidak menemui nuansa politik seperti itu. Ajaran tassawuf begitu kental. Nuansa kedamaian sangat terasa.

Kehadiran Syeh Abdul Jalil, menyita perhatian Dewan Wali Sangha yang berpusat di Ampeldhenta ( Daerah Surabaya sekarang ). Sudah menjadi kesepakatan bersama, seyogyanya, para ulama yang menetap di Jawa, masuk menjadi anggota Dewan Wali. Syeh Abdul Jalil tidak menolak ajakan itu. Beliau bersedia masuk menjadi anggota Dewan Wali Sangha.

Begitu menjadi anggota Dewan Wali, beliau mendapat julukan Syeh Lemah Abang atau Syeh Ksiti Jenar ( Lemah = Tanah, Abang = Merah. Ksiti = Tanah, Jenar = Kuning ). Beliau mendapat gelar seperti itu karena beliau tinggal didaerah Jawa bagian barat yang terkenal tanahnya berwarna merah kekuning-kuningan, beda dengan tanah jawa bagian tengah dan bagian timur. Kata KSITI yang artinya tanah, lama-lama berubah menjadi SITI. Maka terkenallah beliau dengan sebutan Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang atau Sunan Kajenar.

Beliau bukan keturunan bangsawan. Kebanyakan, para ulama yang waktu itu dikenal dengan sebutan Wali, berasal dari kalangan bangsawan. Sebut saja Sunan Ampel, dia berdarah bangsawan Champa. Sunan Benang ( lama-lama berubah menjadi Bonang ), Sunan Darajat (lama-lama berubah menjadi Drajat ), Sunan Lamongan, ketiganya putra Sunan Ampel, berdarah bangsawan Champa dan Tuban ( karena istri Sunan Ampel masih keturunan Kadipaten Tuban ), begitu juga Sunan Kalijaga ( berdarah Tuban), Sunan Giri ( berdarah Blambangan ), dll.

Syeh Siti Jenar, tidak berdarah biru. Namun beliau memiliki 'kecemerlangan' melebihi para menak berdarah keraton. Mungkin ini juga yang menjadi salah satu faktor sehingga beliau sama sekali tidak tertarik dengan tetek bengek urusan perpolitikan, selain memang 'kesadaran' beliau yang benar-benar tinggi.

Konon, Syeh Siti Jenar adalah putra Syeh Datuk Sholeh yang bermukim di Malaka. Syeh Datuk Sholeh putra dari Syeh Datuk Isa. Syeh Datuk Isa putra Syeh Khadir Khaelani. Syeh Khadir Khaelani adalah putra Abdullah Khannuddin. Dan Abdullah Khannuddin putra Ashamat Khan atau Syeh Abdul Malik, yang konon tinggal di India sebelah barat yang sekarang wilayah Pakistan. ( Nah, bisa diketahui kan, kebijaksanaan beliau berasal dari mana? : Damar Shashangka ).


Namun, status keanggotaan Syeh Siti Jenar didalam Dewan Wali Sangha tidak-lah berlangsung lama. Sebab, begitu melihat para ummat Islam yang semula benar-benar murni memperbaiki akhlaq, lama-lama terpengaruh gerakan militansi Islam yang mulai digalang oleh Sunan Giri, santri senior Sunan Ampel. Ditambah lagi, hal serupa juga tengah dilakukan oleh Pangeran Cakrabhuwana, penguasa Carbon Girang.

Kegiatan-kegiatan ruhani Islami, kini berubah diwarnai dengan latihan-latihan tempur. Fokus utama memperbaiki diri, kini berubah menjadi out action, menyalahkan fihak lain. Suasana damai antara penganut Islam, Hindhu dan Buddha, lama-lama mulai goncang.

Syeh Siti Jenar tidak menyukai hal ini. Dimana-mana, aksi sepihak dari ummat Islam membuat suasana menjadi panas. Penganut Hindhu dan Buddha yang selama ini merasa damai bersanding dengan penganut agama baru ini, mulai terusik.

Syeh Siti Jenar, melayangkan surat protesnya ke Ampeldhenta. Namun Sunan Ampel meyakinkan, semua masih wajar dan tidak berlebihan. Namun, bagi Syeh Siti Jenar, apa yang dikatakan Sunan Ampel tidaklah sesuai dengan kenyataan di lapangan.

Ada seorang ulama yang menyuarakan hal serupa, dialah Sunan Kalijaga. Bersama Syeh Siti Jenar, Sunan Kalijaga mencoba membendung gerakan-gerakan ummat Islam yang kini berubah radikal. Mau tidak mau, diam-diam, ummat Islam terpecah menjadi dua kubu. Kubu yang militan dan merasa dirinya paling benar karena katanya mengikuti anjuran Al-Qur'an dan Hadist secara kaffah di dipimpin Sunan Giri, Sunan Giri menyatakan, siapa saja yang menolak pergerakan ummat Islam yang tengah gencar-gencarnya saat ini, sama saja menjalankan ajaran bid'ah. Sunan Giri mengklaim, golongannya adalah golongan PUTIHAN (Kaum Putih), dan ummat Islam yang tidak sepaham dengan golongannya, di tuduh sebagai penganut bid'ah, golongan ABANGAN (Kaum Merah).

Untuk mengukuhkan pengakuannya, pengikut Sunan Giri bahkan menyebarkan desas-desus bahwa Syeh Siti Jenar adalah seorang penganut ilmu sihir dari India. ( Jelas diceritakan dalam Babad Tanah Jawa, Syeh Siti Jenar mencuri dengar wejangan agama dari Sunan Bonang yang kala itu tengah mewejang Sunan Kalijaga. Syeh Siti Jenar konon berubah menjadi cacing tanah. Sunan Benang sendiri yang menambal bagian perahu yang sedikit berlobang kala hendak berlayar ke tengah laut untuk sekedar memberikan wejangan rahasia kepada Sunan Kalijaga. Sunan Benang menambalnya dengan segenggam tanah. Padahal, didalam tanah yang sudah tergenggam itu, ada Syeh Siti Jenar yang berwujud cacing. Sunan Benang tahu, tapi dia diam saja. Begitu selesai mewejang barulah Sunan Benang menyuruh cacing itu berubah menjadi manusia. Simbolisasi ini sangat jelas sekali, bahwasanya masuknya Syeh Siti Jenar ke Dewan Wali Sangha adalah atas prakarsa Sunan Benang, disimbolkan dengan mengambil tanah berisi cacing. Dan Syeh Siti Jenar dianggap hanyalah rakyat jelata yang sama dengan cacing. Perahu melambangkan Dewan Wali. Di bagian jawa sebelah barat, ada kekosongan pimpinan ummat Islam. Syeh Dzatul Kahfi sudah sepuh. Pangeran Cakrabhuwana bukanlah seorang ulama, dia seorang politikus, ( Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, belum datang ke Cirebon. Dia masih di Mesir.) Dengan datangnya 'sang rakyat jelata Syeh Siti Jenar', kekosongan pemimpin agama bisa ditutupi, tak mengapa walau yang mengisi kekosongan adalah 'seekor cacing'. Cacing ini, rakyat jelata ini, berubah menjadi manusia atas anugerah Sunan Benang. Seorang rakyat jelata, kini disegani sederajat dengan para bangsawan, itu karena andil Sunan Benang. Dan sang cacing ini, sangat dekat dengan Sunan Kalijaga. : Damar Shashangka )

Simbolisasai ini jelas-jelas muncul dikemudian hari setelah Syeh Siti Jenar difatwakan sesat oleh Dewan Wali. Ada ungkapan diskriminatif di Jawa “ Wong ya pancene godhong Krokot, diunggahna nganti dhuwur ya tetep wae cukule melorot.” ( Namanya juga daun Krokot, walaupun diangkat setinggi mungkin, tumbuhnya tetep saja melorot kebawah. ) Ungkapan ini biasanya mencerminkan kekesalan seseorang yang telah berjasa mengangkat orang lain dari kesengsaraan namun kemudian lupa daratan. Dan manakala Syeh Siti Jenar, yang dulu bukan apa-apa, dan dimasukkan ke Dewan Wali oleh Sunan Benang, sehingga kedudukannya terangkat, namun dikemudian hari berani menentang Para Wali yang lain, maka kerluarlah ungkapan kekesalan secara simbolik ini. Namanya saja rakyat jelata, bagaimanapun juga, tetep saja kelakuannya seperti rakyat jelata, seperti cacing. Kurang lebih seperti itu.

Padahal, tingkat 'spiritualitas' seseorang tidak bisa diukur oleh pangkat dan derajatnya di masyarakat. Para Wali lupa. Karena mereka memang tengah terfokus pada duniawi. Pada Kekhalifahan semata. Namun, tidak demikian dengan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga, sangat menghormati Syeh Siti Jenar karena tingkat spiritualitasnya benar-benar tinggi.

Kubu Sunan Giri dan kubu Sunan Kalijaga, tidak pernah sepaham dimana-mana. Dan manakala Sunan Giri memberontak ke Majapahit dan ingin mendirikan Kekhalifahan Islam di Jawa, walaupun lantas bisa dihancurkan oleh Majapahit, Syeh Siti Jenar, menyampaikan protes keras. Bahkan beliau kemudian menyatakan, keluar dari Dewan Wali Sangha.

Pada tahun 1475, Syarif Hidayatullah bersama ibunya Syarifah Muda'im, datang dari Mesir ke Cirebon. Syarifah Muda'im adalah nama muslim Dewi Rara Santang. Dia adalah adik kandung Pangeran Cakrabhuwana, penguasa Carbon Girang.

Mendengar kedatangan Syarif Hidayatullah, Sunan Giri segera mengirim utusan untuk memintanya bergabung bersama Dewan Wali Sangha yang berpusat di Ampeldhenta. Syarif Hidayatullah menyetujuinya. Lantas dia dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Dengan adanya Sunan Gunung Jati, kekosongan kepemimpinan Islam di jawa bagian barat yang semula di jabat Syeh Siti Jenar, tertutupi sudah.

Maka kini, ada dua kekuatan besar di Cirebon. Satu Syeh Siti Jenar dan yang kedua Sunan Gunung Jati.

Pada awal tahun 1478, Sunan Ampel wafat. Pimpinan Dewan Wali Sangha berpindah ke tangan Sunan Giri. Hubungan Syeh Siti Jenar dan Sunan Giri yang selama ini terkenal tidak bagus, begitu kepemimpinan Dewan Wali berganti, maka hubungan ini semakin meruncing.

Bahkan, manakala terdengar bahwa Syeh Siti Jenar, mengajarkan Ilmu Tassawwuf tingkat tinggi kepada murid-muridnya, yang sesungguhnya semua wali juga paham akan Ilmu tersebut, oleh Sunan Giri, hal itu dijadikan alasan untuk mencari-cari kesalahan Syeh Siti Jenar.

Syeh Siti Jenar, dipanggil menghadap ke Giri Kedhaton. Dan kisahnya tercatat dalam Pupuh ( Bait-Bait ) Tembang Jawa seperti dibawah ini :

Sinom 
Pagurone Syeh Lemah Bang,
Wejangane tanpa rericik,
Lan wus atinggal sembahyang,
Rose kewala liniling,
Meleng tanpa aling-aling,
Wus dadya Paguron Agung,
Misuwur kadibyannya,
Denira talabul'ilmi,
Wus tan beda lan sagunging aulia.

Sangsaya kasusreng janma,
Akeh kang amanjing murid,
Ing praja praja myang desa,
Malah sakehing ulami,
Kayungyun ngayun sami,
Kasoran kang Wali Wolu,
Gunging Paguronira,
Pan anyuwungaken masjid,
Karya suda kang amrih agama mulya.

Santri kathah keh kebawah,
Mring Lemah Bang manjing murid,
Ya ta Sang Syeh Siti Jenar,
Sangsaya gung kang andasih,
Dadya imam pribadi,
Mangku sa-reh bawahipun,
Paguroning Ilmu Khaq,
Kawentar prapteng nagari,
Lajeng karan Sang Pangeran Siti Jenar.

Satedhaking Majalengka,
Kalawan dharahing Pengging,
Keh prapta apuruhita,
Mangalap kawruh sejati,
Nenggih Ki Ageng Tingkir,
Kalawan Pangeran Panggung,
Buyut Ngerang Ing Betah,
Lawan Ki Ageng Pengging,
Samya tunggil paguron mring Siti Jenar.

Ing lami-lami kawarta,
Mring Jeng Susuhunan Giri,
Gya utusan tinimbalan,
Duta wus anandhang weling,
Mangkat ulama' kalih,
Datan kawarna ing ngenu,
Wus prapta ing Lemah Bang,
Duta umarek mangarsa,
Wus apanggih lan Pangeran Siti Jenar.

Nandukken ing praptaning,
Dinuteng Jeng Sunan Giri,
Lamun mangkya tinimbalan,
Sarenga salampah mami,
Wit Jeng Sunan miyarsi,
Yen paduka dados guru,
Ambawa Imam Mulya,
Marma tuwan den timbali,
Terang sagung ing pra Wali sadaya.

Prelu musyawaratan,
Cundhuking masalah ilmi,
Sageda nunggil seserepan,
Sampun wonten kang sak serik,
Nadyan mawi rericik,
Apralambang pasang semu,
Sageda salingsingan,
Pangeran Siti Jenar angling,
Ingsun tinimbalan Sunan Giri Gajah.

Apa tembunge maring wang,
Ature duta kekalih,
Inggih maksih Syeh Lemah Bang,
Pangeran Siti Jenar angling,
Matura Sunan Giri,
SYEH LEMAHBANG YEKTINIPUN,
ING KENE ORA ANA,
AMUNG PANGERAN SEJATI,
Langkung ngungun duta kalih duk miyarsa.

Andikane Syeh Lemah Bang,
Wasana matus aris,
Kados pundi karsandika,
Teka makaten kang galih,
Wangsulan kang sayekti,
Pangeran ngandika arum,
Sira iku mung saderma,
Aja nganggo mamadoni,
INGSUN IKI JATINING PANGERAN MULYA.

Duta kalih lajeng mesat,
Lungane datanpa pamit,
Sapraptaning Giri Gajah,
Marek ing Jeng Sunan Giri,
Duta matur wot sari,
Dhuh pukulun Jeng Sinuhun,
Amba sampun dinuta,
Animbali Syeh Siti Brit,
Aturipun sengak datan kanthi nalar.



Terjemahan :
Perguruan Syeh Lemah Bang,
Wejangannya tanpa menggunakan perlambang ( simbolisasi dan langsung ke inti sarinya ilmu ),
Sholat syari'at tidak dipentingkan,
Inti sarinya saja yang dihayati,
Sangat gamblang, jelas dan tidak ditutup-tutupi lagi,
Sudah menjadi Perguruan Besar,
Terkenal kehebatannya,
Kedalaman Ilmu beliau,
Sudah tak ada beda dengan para Aulia.

Semakin terkenal ditengah masyarakat,
Banyak yang datang menjadi murid,
Berasal dari kota sampai ke pelosok pedesaan,
Bahkan banyak para ulama,
terpikat dan masuk menjadi pengikut,
Kalahlah Delapan Wali yang lain,
Karena kebesaran perguruannya,
Masjid para wali ditinggalkan,
Membuat surut pengikut para Wali yang katanya membawa agama paling mulia.

Banyak para santri yang menjadi pengikut,
Menjadi murid Syeh Lemah Bang,
Adapun Sang Syeh Siti Jenar,
Semakin banyak yang mencintai,
Beliau menjadi Imam tunggal,
Jadi panutan para murid,
Perguruannya mengajarkan Ilmu Khaq ( Ilmu Sejati ),
Terkenal diseluruh wilayah negara,
Beliau mendapat sebutan,
Sang Pangeran Siti Jenar.

Seluruh keturunan Majalengka ( Majapahit ),
Termasuk keturunan dari Pengging,
Banyak yang terpikat oleh beliau,
Datang menimba ilmu pengetahuan sejati,
Seperti Ki Ageng Tingkir,
Juga Pangeran Panggung,
Buyut Ngerang dari daerah Butuh,
serta Ki Ageng Pengging,
Menjadi satu paham dengan beliau.

Lama-lama terdengar juga,
Oleh Kangjeng Susuhunan Giri,
Beliau segera memanggil utusan,
Sang duta sudah mendapatkan pesan yang harus disampaikan,
Berangkatlah dua orang ulama,
Tidak diceritakan di perjalanan,
Sudah sampai di Lemah Bang,
Sang duta mendekat dihadapan,
Setelah bertemu langsung dengan Pangeran Siti Jenar.

Menyampaikan maksud kedatangannya,
Diutus Jeng Sunan Giri,
Bahwasanya Pangeran Siti Jenar diharapkan menghadap,
Berangkat bersama kami,
Sebab Jeng Sunan Giri telah mendengar,
Bahwasanya paduka ( Pangeran Siti Jenar ) telah menjadi Guru Agung,
Menjadi Imam Mulia,
Oleh karena itu tuan dipanggil,
Untuk bermusyawarah menyelesaikan kesalah pahaman dengan Para Wali semua.

Berembug untuk menyatukan pemahaman,
Supaya tidak terjadi perpecahan,
Agar tercapai kesepahaman,
Jangan sampai timbul fitnah,
Walaupun Ilmu yang diajarkan memakai metode berbeda,
menggunakan kata-kata kiasan dan perlambang,
Intisari-nya jangan sampai berbeda makna,
Pangeran Siti Jenar berkata,
Aku dipanggil Sunan Giri Gajah,
 

( Sunan Giri Gajah, salah satu nama lain Sunan Giri Kedhaton. Ada cerita simbolik mengenai hal ini.Konon, Sunan Giri tengah menggendong anaknya yang terus-terusan menangis. Karena tak juga berhenti, maka Sunan Giri menyabda sebuah batu menjadi gajah. Melihat batu berubah menjadi gajah. Anak Sunan Giri diam tangisannya. Namun, gajah tersebut kemudian berubah menjadi batu lagi Simbolisasinya, Sunan Giri didesak oleh para ulama-ulama yang lain untuk segera membentuk Kekhalifahan Islam. Sunan Giri menurutinya. Dan, diamlah desakan-desakan itu. Walaupun ternyata, kebesaran Giri Kedhaton yang seumpama besarnya seekor gajah, ternyata hanya sekejap saja. : Damar Shashangka )

Apa panggilan Sunan Giri kepadaku?,
Kedua duta menjawab,
Beliau memanggil Syeh Lemah Bang,
Pangeran Siti Jenar berkata,
Katakan kepada Sunan Giri,
SYEH LEMAH BANG SESUNGGUHNYA,
DISINI TIDAK ADA,
YANG ADA PANGERAN SEJATI ( TUHAN YANG SESUNGGUHNYA ),
Terkejut keheranan kedua duta.

Mendengar kata-kata Syeh Lemah Bang,
Lantas berkata,
Bagaimana maksud anda ?
Sampai bisa berkata demikian?
Tolong berikan penjelasan kepada kami,
Pangeran Siti Jenar berkata lembut,
Kalian hanyalah utusan,
Jangan membantah,
INGSUN (AKU) INI SESUNGGUHNYA PANGERAN MULYA ( TUHAN YANG MAHA MULIA ).

Kedua utusan lantas keluar,
Pergi tanpa berpamitan,
Sesampainya di Giri Gajah,
Mendekat kepada Jeng Sunan Giri,
Utusan menghaturkan hasil tugasnya dari awal sampai akhir,
Dhuh Yang sangat kami hormati dan yang menjadi junjungan kami,
Kami sudah tuan utus,
Memanggil Syeh Siti Brit ( Brit ; Merah ),
Jawaban beliau memanaskan telinga dan tidak memakai nalar. 


( Bersambung )


(26 Oktober 2009, by : Damar Shashangka )

Selasa, 12 Januari 2010

“Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”



Ha          – Huripku Cahyaning Allah

Na          – Nur Hurip cahya wewayangan

Ca          – Cipta rasa karsa kwasa

Ra          – Rasa kwasa tetunggaling pangreh

Ka          – Karsa kwasa kang tanpa karsa lan niat

Da          – Dumadi kang kinarti

Ta          – Tetep jumeneng ing dat kang tanpa niat

Sa          – Sipat hana kang tanpa wiwit

Wa         – Wujud hana tan kena kinira

La          – Lali eling wewatesane

Pa          – Papan kang tanpa kiblat

Dha      – Dhuwur wekasane endhek wiwitane

Ja          – Jumbuhing kawula lan Gusti

Ya          – Yen rumangsa tanpa karsa

Nya       – Nyata tanpa mata ngerti tanpa diwuruki

Ma         – Mati bisa bali

Ga         – Guru Sejati kang muruki

Ba         – Bayu Sejati kang andalani

Tha       – Thukul saka niat

Nga      – Ngracut busananing manungsa



Sastra Jendra ya sastra harjendra adalah sastra/ilmu yang bersifat rahasia/gaib. Rahasia, karena pada mulanya hanya diwedarkan hanya kepada orang-orang yang terpilih dan kalangan yang terbatas secara lisan. Gaib, karena ilmu ini diajarkan oleh Guru Sejati lewat Rasa Sejati.  Hayuningrat/yuningrat berasal dari kata hayu/rahayu – selamat dan ing rat yang berarti didunia.  Pangruwating Diyu, artinya meruwat, meluluhkan, merubah, memperbaiki sifat-sifat diyu, raksasa, angkara, durjana.

Maka Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu maknanya adalah ilmu rahasia keselamatan untuk meruwat sifat-sifat angkara didunia ini, baik dunia mikro dan makro. Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu adalah merupakan Ilmu yang berasal dari Allah Yang Maha Esa, yang dapat menyelamatkan segala sesuatu.  Maka, tiada kawruh/pengetahuan lain lagi yang dapat digapai oleh manusia, yang lebih dalam dan lebih luas melebihi Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, sebab ini adalah merupakan sastra adi luhung atau ilmu luhur yang merupakan ujung akhir dari segala pengetahuan/kawruh kasampurnan sampai saat ini.



Makna/kawruh Yang Terkandung Dalam Sandi Sastra

Kalau diurut dari atas kebawah, dari Ha sampai Nga, mengandung makna yang sangat dalam dan sangat luas tentang rahasia gumelaring dumadi, atau pambabaring titah, atau rahasia jati diri, asal-usul/ terjadinya manusia.  Yaitu terciptanya manusia dari Nur, Cahaya Allah yang bersifat tiga, Tri Tunggal Maha Suci, yang merasuk busana anasir-anasir sebagai wadah, yaitu badan jasmani halusan dan badan jasmani kasar.

Apabila diurut terbalik, dari Nga naik sampai Ha, maka inilah “rahasia” jalan rahayu, ya pangruwating diyu, untuk menuju kesempurnaan hidup kembali kepada sangkan paraning dumadi. Kembali ke asal mula, ke Alam Sejati mencapai persatuan dengan Allah Yang Maha Agung. Jadi, dari Nga sampai Ha, juga merupakan urut-urutan panembah, dimulai dari badan jasmani kasar, dimana titik berat kesadaran kemudian harus dialihkan satu tahap demi tahap kearah asal-mula, ke Alam Sejati.  Syarat mutlak agar kita dapat menyadari/ memahami sesuatu hal, adalah membawa kesadaran kita bergerak masuk berada disitu.  Fokus/titik berat kesadaran dapat berpindah.  Didalam keseharian hidup, kesadaran kita banyak terfokus dialam badan kasar, alam anasir, diluar Alam Sejati.  Maka, satu-persatu tahap dari Nga, Tha, Ba dan seterusnya sampai Nga haruslah dilewati untuk memindahkan tingkat kesadaran dari alam kasar/fana/maya menuju Alam Sejati.   Sedangkan tahapan pertama yang harus dilalui yaitu Nga, sedemikian rumit dan sulitnya, maka dapat dibayangkan tidak begitu mudah untuk dapat memindahkan titik berat/focus kesadaran ke Alam Sejati.  Namun itulah intinya perjalanan spiritual yang harus kita tempuh.

Secara “garis besar”, Ha Na Ca Ra Ka Da Ta Sa Wa La Pa Dha Ja Ya Nya Ma Ga Ba Tha Nga kalau diuraikan adalah sebagai berikut (garis besar saja, karena detailnya begitu luas/multi dimensi tak terkira penuh dengan kawruh kasunyatan sejati yang tak habis diuraikan dalam bahasa kewadagan apalagi tulisan).  Dan dibawah ini adalah garis besar uraian dari sisi spiritualnya guna dipakai sebagai “mile stones” dalam menempuh jalan rahayu untuk dapat kembali ke ” SANGKAN PARANING DUMADI “. 

1. Ha – Huripku Cahyaning Allah (Hidupku adalah Cahaya Allah). 
Sebelum ada apa-apa, sebelum alam semesta beserta isinya ini tercipta, adalah Sang Hidup ya Allah ya Ingsun yang ada dialam awung-uwung yang tiada awal dan akhir, yaitu alam/kahanan Allah yang masih rahasia/ Alam Sejati.  Itulah Kerajaan Allah ya Ingsun. Sebelum alam semesta tercipta, Allah berkehendak menurunkan Roh Suci, ya Cahaya Allah.  Ya Cahaya Allah itulah Hidupku, Hidup kita yang Maha Suci.

Alam Sejati adalah alam yang tidak mengandung anasir-anasir (unsur-unsur hawa, api, air dan bumi/tanah) yang berada didalam badan manusia, dimana Cahaya Allah bersemayam.  Alam Sejati diselubungi/menyelubungi dua alam beranasir yaitu halus dan kasar. Dapat pula diartikan, badan manusia berada didalam Alam Sejati. 

2. Na – Nur Hurip Cahya wewayangan (Nur Hidup Cahya yang membayang).
Hidup merupakan kandang Nur yang memancarkan Cahaya Kehidupan yang membayang yang merupakan rahasia Allah.  Kehidupan yang Maha Mulia.  Tri Tunggal Mahasuci berada dipusat Hidup. Ya itulah Kerajaan Allah. Sang Tritunggal adalah Allah ta’ala/Gusti Allah/Pengeran/Suksma Kawekas, Ingsun/Rasul Sejati/Guru Sejati/Suksma Sejati/Kristus dan Roh Suci/Nur Pepanjer/Nur Muhammad.  Diuraikan diatas, bahwa ketiga alam yaitu badan kasar, badan halus dan Alam Sejati, mengambil ruang didalam badan jasmani kasar secara bersamaan.  Namun kebanyakan kita manusia tidak atau belum menyadari akan Alam Sejati, atau samar-samar. Nur Hidup bagaikan cahaya yang samar membayang.

3. Ca – Cipta rasa karsa kwasa (Cipta rasa karsa kuasa). 
Nur Hidup memberi daya kepada Rasa/Rahsa Jati/Sir, artinya Cahaya/Nur/Roh Suci menghidupkan Rasa/Rahsa Jati/Sir yang merupakan sumber kuasa. Maka bersifat Maha Wisesa.  Rasa/Rahsa Jati/Sir menghidupkan roh/suksma yang mewujudkan adanya cipta. Maka bersifat Maha Kuasa.

4. Ra – Rasa kwasa tetunggaling pangreh (Rasa kuasa akan adanya satu-satunya wujud kendali/yang memerintah). 
Rasa Sejati yang memberi daya hidup roh/suksma sehingga roh/suksma dapat menguasai nafsu (sedulur lima), sehingga terjadilah sifat Maha Tinggi.

5. Ka – Karsa kwasa kang tanpa karsa lan niat (Karsa kuasa tanpa didasari oleh kehendak dan niat). 
Yang mendasari adanya kuasa agung adalah kasih yang tulus, tanpa kehendak, tanpa niat.  Pamrihnya hanyalah terciptanya kasih yang berkuasa memayu hayuning jagad kecil dan jagad agung.

6. Da – Dumadi kang kinarti (Tumitah/menjadi ada/terjadi dengan membawa maksud, rencana dan makna). 
Ini berkaitan dengan Karsa Allah menciptakan manusia, makhluk lain dan alam semesta beserta isinya yang sesuai dengan Rencana Allah.

7. Ta – Tetep jumeneng ing dat kang tanpa niat (Tetap berada dalam zat yang tanpa niat). 
Dat atau zat tanpa bertempat tinggal, yang merupakan awal mula adalah dat Yang Maha Suci yang bersifat esa, langgeng dan eneng.  Hidup sejati kita menyatu dengan dat, ada didalam dat.  Maka didalam kehidupan saat ini agar selalu eksis selaras dengan dat Yang Maha Suci, situasi tanpa niat atau mati sajroning urip (mati didalam hidup) dengan kata lain hidup didalam kematian, seyogyanya selalu diupayakan.

8. Sa – Sipat hana kang tanpa wiwit (Sifat ada tanpa awal). 
Ini adalah sifat Sang Hidup, Allah, di Alam Sejati, tiada awal dan tiada akhir, “AKUlah alpha dan omega”.  Demikian pula “hidup” sejati nya manusia sudah ada sebelumnya, tiada awal mula, bersatu di Alam Sejati yang langgeng, yang merupakan Kerajaan Allah, ya Sangkan Paraning Dumadi.

9. Wa – Wujud hana tan kena kinira (Wujud ada tiada dapat diuraikan/dijelaskan). 
Ada nya wujud namun tiada dapat diuraikan dan dijelaskan. Ini adalah menerangkan keadaan Allah, yang sangat serba samar, tiada rupa, tiada bersuara, bukan lelaki bukan perempuan bukan waria, tiada terlihat, tiada bertempat, dijamah disentuh tiada dapat.  Sebelum adanya dunia dan akherat, yang ada adalah Hidup Kita.

10. La – Lali eling wewatesane (Lupa dan Ingat adalah batasannya). 
Untuk dapat selalu berada didalam jalan hayu/rahayu maka haruslah selalu eling/ingat akan sangkan paraning dumadi dan eling/ingat akan Yang Menitahkan/ Sumber Hidup.  Selalu ingat akan tata laku setiap tindak tanduk yang dijalankannya agar selaras dengan Karsa Allah.  Lali/lupa akan menjauhkan dari sangkan paraning dumadi dan menjerumuskan kealam kegelapan. Contoh lupa adalah bagaikan Begawan Wisrawa dalam menguraikan Sastra Jendra Hayuningrat kepada Dewi Sukesi.  Tak tahan akan goda/ tak kuasa ngracut, mengendalikan nafsu-nafsu keempat saudara, maka sang Begawan kesengsem birahi kepada Dewi Sukesi yang harusnya menjadi menantunya.

11. Pa – Papan kang tanpa kiblat (Papan tak berkiblat). 
Ini adalah menerangkan Alam Sejati, ya Kerajaan Allah yang tiada dapat diterangkan bagaimana dan dimana orientasinya, bagaikan papan yang tiada utara-selatan-barat-timur-atas-bawah.

12. Dha – Dhuwur wekasane endhek wiwitane (Tinggi/luhur pada akhirnya, rendah pada awalnya). 
Untuk memperoleh tingkatan luhuring batin menjadi insan sempurna memang tidak dapat seketika, mesti diperoleh setapak-setapak dari bawah. Demikian pula dalam hal ilmu kasampurnan, dalam mencapai tataran ma’rifat tidaklah dapat langsung meloncat. Untuk bisa mengetahui dan memahami makna Ha, maka haruslah dicapai dari Nga.  Sebelum mencapai sembah rasa, haruslah dilalui sembah raga dan sembah kalbu/ sembah jiwa terlebih dahulu. Pertama, adalah panembah raga/ kawula terhadap Roh Suci, kedua, adalah panembah Roh Suci kepada Guru Sejati, dan terakhir adalah panembah Guru Sejati/ Ingsun kepada Allah Yang Maha Agung ya Suksma Kawekas.

13. Ja – Jumbuhing kawula lan Gusti (Bersatunya antara hamba dan Tuan nya). 
Bersatunya titah dan Yang Menitahkannya. Untuk mencapainya maka kesempurnaan hiduplah yang diupaya yaitu sesuai apa yang dimaksud dalam sahadat.  Maka semasa hidup di mayapada/dunia, bersatunya/ sinkronisasi Roh Sejati, Ingsun yang jumeneng pribadi dan busana-busana haruslah terjaga. Bagaikan keris manjing dalam wrangkanya dan wrangka manjing didalam keris. Untuk dapat mencapai kesatuan antara kawula dan Gusti maka tuntunan seorang guru yaitu Guru Sejati menjadi dominan. Untuk memperoleh nya maka tidaklah mudah, haruslah dengan disiplin keras bagaikan kerasnya usaha seorang Bima menemukan Dewa Ruci, yaitu wujud Bima dalam ujud yang kecil (manusia telah menemukan AKU nya sendiri) dalam mencari tirta pawitra.

14. Ya – Yen rumangsa tanpa karsa (Kalau merasa tanpa kehendak). 
Hanya dengan rila/rela, narima, sumarah/pasrah kepada Allah tanpa pamrih lain-lain, namun dorongan karena kasih sajalah yang akhirnya dapat menjadi perekat yang kuat antara asal dan tujuan, sini dan sana.

15. Ny -  Nyata tanpa mata ngerti tanpa diwuruki (Melihat tanpa dengan mata, mengerti tanpa diajari). 
Kalau anugerah Allah telah diterima, maka dapat melihat hal-hal yang kasat mata, karena mata batin telah “terbuka”. Selain itu, kuasa-kuasa agung akan diberikan oleh Allah lewat Guru Sejatinya sendiri ya Suksma Sejatinya, sehingga kegaiban-kegaiban yang merupakan misteri kehidupan dapat dimengertinya dan diselaminya. Mendapatkan ilmu kasampurnan dari dalam sanubarinya, tanpa melalui perantaraan otak/akal.

16. Ma – Mati bisa bali (Mati bisa kembali). 
Kasih Allah yang luar biasa selalu memberikan ampunan kepada setiap manusia yang “mati” terjatuh dalam dosa dan salah.  Matinya raga atau badan wadag hanyalah matinya keempat anasir yang tadinya tiada, kembali ketiada. Namun roh yang sifatnya kekal tiada pernah mati, namun kembali ke Alam Sejati ya Kerajaan Allah yang tiada awal dan akhir. Namun, apabila selama hidupnya di mayapada tidak sesuai dengan Karsa Allah, melupakan Allah dan ajaran Guru Sejati, tiada dapat ngracut busana kamanungsan nya untuk tindakan-tindakan budi luhur, maka tidaklah dapat langsung kembali ke Alam Sejati, namun terperosok ke alam-alam yang tingkatannya lebih rendah sesuai dengan bobot kesalahannya, atau dititahkan kembali, yang kesemua itu untuk dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya.

17. Ga – Guru Sejati kang muruki (Guru Sejati yang mengajari). 
Sumber segala sesuatu adalah Allah yang dipancarkan lewat Sang Guru Sejati/Ingsun/Rasul Sejati.  Maka hanya kepadaNya lah tuntunan harusnya diperoleh.  Petunjuk Guru Sejati hanya dapat didengar dan diterima apabila sudah dapat berhasil meracut busana kamanungsan nya.  Disinilah akan tercapai guruku ya AKU, muridKU ya aku.

18. Ba – Bayu Sejati kang andalani (Dengan bantuan Bayu Sejati). 
Daya kekuatan sejati yang merupakan bayangan daya kekuatan Allah lah yang mendorong “pencapaian” tingkat-tingkat yang lebih tinggi atau maksud-maksud spirituil yang berarti.

19. Tha – Thukul saka niat (Tumbuh/muncul dari niat). 
Niat menuju kearah sangkan paraning dumadi yang didasari kesucian, tanpa kehendak dan keinginan ataupun pamrih keduniawian.  Timbulnya niat suci karena dasarnya adalah cinta /kasih Illahi.

20. Nga – Ngracut busananing manungsa (Merajut/menjalin pakaian-pakaian ke-manusiaan-nya). 
Busana kamanungsan adalah empat anasir, yang dimanifestasikan dalam wujud-wujud sedulur empat, serta lima sedulur lainnya. Kesembilan saudara tersebut harus dikuasai, diracut/dijalin dengan memahami kelebihan dan kekurangannya, agar tercapai “iklim” harmoni/balance dalam perjalanan manusia hidup di maya pada ini, yang pada akhirnya tercapailah kesempurnaan hidup.

Kamis, 07 Januari 2010

MENGENALI POTENSI DIRI

Telah lama diteliti bahwa selama hidupnya, manusia hanya menggunakan kurang dari 10% potensi diri yang tersembunyi di dalam otak. Bahkan sebagian besar manusia menggunakannya di bawah bilangan 5%. Lalu kemana yang 90% ? Jawabannya adalah potensi diri tersebut menunggu untuk digali. Dua dekade terakhir, penelitian tentang potensi diri manusia mengalami peningkatan yang signifikan. Semakin banyak metode-metode up to date dengan hasil penelitian yang mengungkap potensi diri dengan cara pengembangan potensi otak manusia. Bagaimanakah hubungan antara potensi diri atau potensi otak ini dengan kehidupan anda ? Pada realitasnya keduanya mempunyai hubungan yang erat sekali. Hal ini berarti, kemampuan anda untuk mengoptimalkan daya otak anda akan sangat membantu anda untuk meraih target kesuksesan anda.

JEMPUTLAH ANUGERAH TUHAN DENGAN POTENSI DIRI
Potensi diri manusia sungguh luar biasa dahsyatnya. Lihatlah hasil karya potensi diri manusia di muka bumi ini. Meliputi berbagai bidang disiplin ilmu mengeksplorasi luasnya jagad besar, teori-teori fisika dan kimia yang membuat manusia mampu pergi menjelajah ke bulan, mengeksplorasi luasnya angkasa luar, meluncurkan satelit dengan kemampuan membaca setiap detil peta bumi secara lengkap dan jelas, menciptakan pesawat terbang super canggih, pesawat ulang alik nan menghebohkan, menciptakan kapal selam super power, menemukan jejaring internet yang membuat dunia ini serasa mengkerut seolah-olah bagaikan dalam genggaman tangan. Begitu juga eksplorasi ke dalam jagad kecil yang teramat rumit dan njelimet, temuan-temuan dalam bidang ilmu biologi, kimia mikro dan teknologi medis yang membuat manusia mampu menciptakan organ-organ tubuh imitasi yang dapat mengganti fungsi organ ciptaan Tuhan yang telah rusak. Ilmu ekonomi yang mampu membuat imperium bisnis sangat besar dan kuat, digabung dengan ilmu sosial dan politik mampu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di berbagai negara belahan bumi Eropa. Semua itu merupakan buah karya potensi diri manusia. Dahulu, sesuatu yang tampaknya sebagai kodrat yang tak bisa lagi dirubah (diwiradat), kini manusia semakin membuktikan diri mampu membuat temuan-temuan dan hasil karya yang menakjubkan. Meciptakan lensa mata imitasi menggantikan lensa asli yang rusak terkena katarak, menganti jantung manusia dengan binatang, bahkan dengan alat pemacu jantung seseorang mampu bertahan hidup puluhan tahun.

Bukankah tugas manusia di bumi ini untuk membaca, memahami, lalu menghayati bahasa dan ilmu Tuhan yang Mahaluas tiada batasnya itu. Bukankah setiap ada kesulitan, manusia selalu tertantang berikhtiar menemukan jalan keluarnya. Maka tak heran bila dalam teknologi elektronika-metafisika, manusia telah menemukan alat penyadap keberadaan roh halus dan eksistensi makhluk gaib yang kasat mata.
Perkembangan potensi manusia tentunya tidak akan berkembang pesat, apabila mental spiritual, mental pikiran masih terbelenggu oleh sistem nilai di alam bawah sadar. Agama pun sesungguhnya bukan untuk mengungkung mental, mengurung kesadaran dan kebebasan berfikir, serta membelenggu kemampuan jelajah spiritual manusia. Sebaliknya, sungguh ideal di saat mana agama dipahami sebagai guidance (pemandu jalan) agar potensi dan prestasi manusia mampu mengembangkan potensi berfikirnya secara maksimal, dengan orientasi yang terarah, bermanfaat sebagai rabbul alamin, berkah bagi alam semesta dan seluruh isinya. Peran semua agama bukan untuk membatasi perkembangan potensi diri, kreatifitas dan inovasi manusia. Melainkan menjaganya agar jangan sampai inovasi manusia disalahgunakan sehingga membuat kerusakan-kehancuran di muka bumi. Sebagai contoh, bila Anda percaya bahwa Tuhan itu ya rabbul alamin maka dinamit bukan untuk membunuh manusia, melainkan untuk menciptakan energi yang dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat, serta menjaga dan melestarikan anugrah Tuhan berupa lingkungan alam.

Dapat dibayangkan apabila manusia mampu mendayagunakan potensi diri yang lebih besar lagi, hingga mencapai 50 % nya saja. Sebab biar seberapapun kemajuan dan kedahsyatan potensi manusia seperti contoh di atas, kenyataannya bagian yang 90% potensi masih terpendam di dalam diri dan dibiarkan sia-sia begitu saja. Maka tugas kita adalah bisa membuka, menggali, mengenali, mengembangkan, lalu memanfaatkan potensi diri lebih baik daripada hari ini. Bukan untuk mengejar kepentingan pribadi, melainkan untuk menggapai kebaikan yang lebih utama, yakni menghayati makna yaa rabbul alamin, dengan memanfaatkan hidup kita agar berguna bagi sesama, seluruh makhluk, dan lingkungan alam. Apabila prinsip ini Anda terapkan dalam keluarga, niscaya keluarga anda akan harmonis, tenteram, selamat, sejahtera, dan selalu kecukupan rejeki. Kalis ing rubeda, nir ing sambekala. Terlindung dari segala kefakiran.

Demikian pula apabila hal serupa terjadi di dalam lingkup wilayah yang lebih luas : kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, dan negara, maka ketidak-tentraman, kekisruhan, perselisihan, percekcokan, konflik di antara warga bangsa, antara pemimpin dengan rakyatnya, antar pemimpin dengan pemimpin lainnya, hampir pasti selalu berakibat tertutupnya pintu rejeki dan pintu-pintu anugrah yang disiapkan Tuhan. Nasib bukan tergantung Tuhan, tetapi tergantung pada diri kita sendiri. Tuhan telah meletakkan dan menyiapkan rejeki serta anugrah “di suatu tempat” dan tugas kita adalah menjemputnya.

Untuk mengembangkan potensi dalam diri, terdapat 3 unsur utama di dalam kepribadian manusia yang harus dipahami. Ketiga unsur tersebut sangat menentukan potensi diri dan menjadi faktor penentu kesuksesan seseorang : 

1. Sistem Kepercayaan : Merupakan faktor yang menentukan pola pikir (mind set). Sistem kepercayaan mencakup seperangkat nilai, sesuatu yang dianggap berharga, segala sesuatu yang diyakini, dan segala sesuatu yang dianggap benar. 

2. Pola Pikir (mind set) atau Båwå : disebut pula sistem berfikir merupakan faktor penentu sistem perilaku atau kepribadian seseorang (behavior). Menentukan bagaimana seseorang mengambil atau menentukan suatu tindakan. Pola pikir akan menentukan respon terhadap segala sesuatu yang terjadi di dalam diri (inner world) maupun lingkungan sosial dan lingkungan alamnya. 

3. Sistem perilaku / Kepribadian (behavior) atau Solah : adalah faktor yang menentukan tata cara berinteraksi atau penentu perbuatan terhadap dunia luar, lingkungannya, atau segala sesuatu peristiwa di dalam diri dan lingkungan sosialnya.

Sistem kepercayaan dan pola pikir ditampung dalam memori alam pikiran bawah sadar. Alam bawah sadar bagaikan stockfile atau database yang menyimpan banyak potensi diri. Alam pikiran bawah sadar dapat muncul dalam kondisi darurat dan bekerja secara spontan. Untuk itu perlu diketahui apakah alam bawah sadar itu?

ALAM BAWAH SADAR
Alam bawah sadar bukan berarti tiadanya kesadaran. Sebaliknya, justru di situlah kesadaran level tinggi (high consciousness) berada. Hanya saja kenapa disebut alam pikiran bawah sadar karena yang menilai adalah pikiran sadar kita yang belum memahami kesadaran pikiran bawah sadar kita sendiri. Apabila anda telah sukses mengoptimalkan alam pikiran bawah sadar, maka alam pikiran bawah sadar sudah tidak ada lagi, karena alam pikiran sadar anda telah menyadari apa yang menjadi kehendak alam pikiran bawah sadar. Berdasarkan pengukuran melalui alat yang dinamakan Electro-encepalograph dan perangkat eletronis pengukur kinerja otak lainnya, pada dasarnya otak memiliki 4 Fase Gelombang yaitu Bheta, Alpha, Theta, dan Delta.

BHETA
Fase gelombang otak pada frekuensi/cyclon 12 – 40 Hz/Second. Di saat mana anda sedang sangat aktif seperti mengobrol, mengerjakan sesuatu, gugup/gelisah atau keadaan aktif lainnya. Beta sangat diperlukan jika kita harus memikirkan beberapa hal sekaligus, tapi tidak jika kita ingin menyerap informasi secara cepat.

ALPHA
Fase gelombang otak pada frekuensi/cyclon 12-8 Hz/Second. Fase otak penuh kreatifitas, di mana otak dalam keadaan yang lebih rileks. Fase ini sangat baik untuk belajar, menyerap informasi, melakukan terapi, mempercepat proses penyembuhan, meningkatkan kekebalan tubuh, juga mengurangi stress mental-emosional dan fisik. Sering disebut sebagai keadaan Meditasi Dasar. Fase alpha merupakan jembatan antara kesadaran bheta dengan theta. Pada saat semedi/meditasi Anda dapat menangkap sinyal-sinyal akurat yang dipancarkan oleh kesadaran theta.

THETA
Fase gelombang otak pada frekuensi/cyclon 8-4 Hz/Second. Fase gelombang otak yang lebih dalam, yaitu saat anda meditasi atau trance. Fase ini sangat bagus untuk proses auto-sugesti/auto-hypnosis. Pada fase inilah mimpi terjadi, sehingga dengan teknolgi yang mampu mengontrol fase ini, anda dapat memperoleh mimpi "Extra-Sensory Perception" atau biasa disebut kewaskitaan/wangsit. Melalui fase ini anda dapat menemukan jawaban yang tepat atas suatu permasalahan yang rumit dan berat. Dapat mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi, tanpa harus susah payah melakukan penelitian dan pengumpulan data terlebih dulu.

DELTA
Fase gelombang otak pada frekuensi/cyclon 4-0,1Hz/Second. Delta merupakan fase gelombang otak yang terakhir dan paling dalam. Keadaan ini diperoleh saat anda tidur nyenyak atau keadaan koma. Dengan mampu mengontrol fase ini, anda dapat memperoleh kondisi tidur yang nyenyak dan berkualitas. Dengan teknik tertentu, fase ini dapat menghubungkan theta Anda dengan Energi Kesadaran Astral yang diberikan Tuhan. Melalui fase ini pulalah anda dapat mewujudkan energi pikiran menjadi materi. Bahkan dapat weruh sadurunge winarah.

DAPATKAH PIKIRAN SADAR MENYADARI ALAM BAWAH SADAR ?
Gelombang otak pada frekuensi bheta dan alpha berada di level alam pikiran sadar. sedangkan frekuensi theta dan delta disebut sebagai alam pikiran bawah sadar. Sekali lagi, bukan berarti tidak adanya kesadaran otak/pikiran. Melainkan disebut alam bawah sadar, karena kesadaran delta dan theta belum mampu dipahami oleh alpha dan beta (pikiran sadar). Fungsi alam bawah sadar merupakan stockphile atau memory card yang menampung dan menyimpan “bahan-bahan” jadi hasil olahan pikiran sadar yang sudah terseleksi oleh RAS (reticular activating system). Sedangkan pikiran sadar berfungsi sebagai “mesin produksi” bahan “olahan jadi” tersebut. Tugas pikiran sadar mengolah pemaknaan, lalu disaring mana yang dianggap memiliki nilai/value untuk dimasukkan ke dalam alam bawah sadar. Sementara itu cara kerja RAS adalah sebagai berikut :

* Data-data (stimulan) diolah oleh rasio/pikiran sadar, lalu masuk ke pikiran bawah sadar melalui proses penyaringan diri, dinamakan RAS (reticular activating system).
* RAS tidak hanya menerima bahan jadi dari pikiran sadar. Bahan jadi yang telah diberi nilai pikiran sadar sebagai bahan jadi negatif atau bahan jadi positif.
* RAS bekerja otomatis tergantung pada kondisi gelombang otak, pemikiran dan emosi. Fungsi RAS adalah menginstalasi dan uninstalasi program ke atau dari dalam alam bawah sadar.
* Kejadian /peristiwa bersifat netral bebas nilai. Sementara itu yang memberi nilai adalah pikiran sadar.

Persoalannya, bagaimana kita memilih program yang bermanfaat, bagaimana menentukan program positif. Positif bernilai universal dan positif bernilai individual. Program positif individual akan dipengaruhi oleh stimulus yang berasal dari luar diri. Sementara itu, program positif universal bersumber dari rahsa sejati yang menciptakan stimulan dalam otak sebelah kanan (spiritual spot). Misalnya nilai universal hukum sebab akibat yang memandang Puncak dari penyebab (penyebab sejati) dari seluruh kejadian di alam semesta ini disebut sebagai Tuhan (God) atau Causa Prima. Sesuatu yang ada (being) namun keberadaanya (eksistensi) tidak disebabkan oleh apapun juga.

Pernahkan anda merasa sudah tahu lebih dulu apa yang menjadi jawaban atas suatu kejadian sebelum rasio/logika anda melakukan analisa ? Jika pernah, berarti alam bawah sadar anda sedang bekerja. Bekerjanya alam bawah sadar tentu saja terpisah dari bekerjanya alam/pikiran sadar. Sehingga terkdang anda heran sendiri, manakala menyadari keputusan spontan anda ternyata benar dan tepat padahal tanpa melibatkan analisa rasio anda lebih dulu. Hal itu terjadi karena alam bawah sadar anda merupakan bentuk kesadaran tinggi yang tidak disadari oleh rasio/alam sadar anda. Kecepatan dan kemampuan analisanya jutaan kali lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan rasio/logika alam pikiran sadar anda sendiri. Alam bawah sadar sudah memuat data-data yang telah diolah menjadi bahan jadi. Sewaktu-waktu diperlukan, dalam kon

Pertanyaannya kemudian, apa saja faktor yang mempengaruhi sistem kepercayaan ? Tentu saja sistem kepercayaan tidaklah mandiri berdiri sendiri, atau tiba-tiba ada. Berikut ini beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem kepercayaan seseorang :

1. Lingkungan terdekat.
Misalnya keluarga, orang-tua, saudara kandung, teman bermain, kelompok sosial, golongan, aliran/mazab.

2. Lingkungan sosial-budaya. 
Meliputi kebudayaan masyarakat, sistem kepercayaan (agama), falsafah/pandangan hidup, sub kultur atau pola-pola perilaku masyarakat, lingkungan sosial-ekonomi misalnya agraris, maritim, atau industri.

3. Generalized other.
Ada dua pertanyaan, barangkali anda dapat menjawabnya :

1. Lantas dari mana alam bawah sadar anda memiliki guru yang paling efektif menjadi pembimbing ?

2. Apa bedanya alam bawah sadar milik seorang yang mendayagunakan “guru sejati”, dengan orang yang hanya mengandalkan rasio saja ?

MANUSIA LINUWIH
Manusia linuwih tidak lantas berarti orang yang sakti mandraguna. Linuwih adalah memiliki kelebihan dibanding rata-rata orang. Kelebihan itu terletak pada prinsip keseimbangan. Sebagaimana keseimbangan yang ada di dalam mikrokosmos (jagad kecil atau diri pribadi) dan keseimbangan yang ada dalam makrokosmos (jagad besar atau alam semesta). Pada galibnya, hubungan keduanya juga saling cross cuting harmony atau saling silang-menyilang dalam hubungan yang seimbang. Yakni, manusia selaras, sinergis, dan harmonis dengan alam semesta (manjing ajur ajer dengan pusaka hasta brata) atau kesimbangan mikro-makro kosmos. Di sini pembahasan saya tekankan pada adanya keseimbang di dalam mikro-kosmos terutama pada keseimbangan gelombang otak. Keseimbangan antara gelombang beta, alpha, tetha, dan delta. Untuk menyelarasakan 4 gelombang tidaklah mudah, karena banyaknya kendala yang harus dilenyapkan. Oleh sebab itu untuk menyeimbangkan gelombang otak, perlu proses pelatihan dengan menerapkan beberapa teknis melatih diri.

Manfaat Stimulasi Penyeimbangan Gelombang Otak
· Memprogram ulang pola pikiran dan perasaan anda menjadi mudah meraih sukses.

· Menjadi lebih produktif dan kreatif

· Menjadi lebih relaks dan bebas stress

· Meraih sukses lebih cepat di bidang apapun

· Mearaih kredit poin lebih tinggi pada prestasi kerja anda

· Memiliki daya tangkap dan daya ingat lebih baik, cepat, kuat dan permanen

· Memiliki kepercayaan diri lebih baik

· Memiliki kemampuan komunitas bisnis dan sosial yg lebih baik

· Mampu memecahkan berbagai masalah secara kreatif

· Menghilangkan berbagai macam kebiasaan dan tabiat buruk

· Emosi dan mood lebih stabil

· Meningkatkan kemampuan otak

· Meraih hasil-hasil tersebut (perubahan diri) dalam waktu lebih cepat dan singkat.