Semar disebut juga Badranaya

Mengemban sifat among, membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.

Benih yang baik untuk hasil terbaik

Apabila menginginkan hasil yang baik maka tentulah dipilih bibit yang baik pula, bibit yang unggul, bibit yang sempurna.

Tesing dumadi, asal mula terjadinya Manusia.

Asal mula manusia adalah dari getaran tanaman dan getaran binatang yang kita makan, dan akhirnya berwujud air putih (air suci) dengan sinar cahaya tri tunggal yaitu nurcahya = sinar cahaya allah, nurrasa = sarinya Bapak dan nur buat = sarinya Ibu).

Pancasila..sikap hidup bangsa Indonesia.

Menurut ajaran spiritual Budaya Jawa, Pancasila merupakan bagian dari Wahyu Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya (Wahyu tujuh ajaran yang masing-masing berisi lima butir ajaran mencapai kemuliaan, ketentraman, dan kesejahteraan kehidupan alam semesta hingga alam keabadian/akhirat).

Apakah yang kita miliki..?

Ketika mati pun kita tidak akan membawa sepeser pun uang. Masihkah kita merasa sebagai makhluk yang adigang-adigung-adiguno?

Sujud dasawarsa, Sujudnya warga KSD

Sujud secara Kerohanian Sapta Darma adalah tata cara menembah kehadapan Hyang Maha Kuasa.

Kita tidak sendiri

Alam beserta isinya adalah milik kita bersama...mari jaga kerukunan, kebersamaan dalam menjaga kelestarian demi generasi selanjudnya

out of body experience

Peristiwa out of body experience adalah merupakan gambaran awal dari kematian, Adalah merupakan indikasi putusnya hubungan Input sensor dalam tubuh, ketika kondisi manusia dalam konsisi sadar.

Butir-butir budaya jawa

Hanggayuh Kasampurnaning Hurip Berbudi Bawalesana Ngudi Sejatining Becik

Wewarah Tujuh

Merupakan kewajiban yang harus dijalankan Warga SAPTA DARMA dalam kehidupannya.

Sesanti

Sikap dan perilaku hidup dalam masyarakat yang harus diciptakan oleh Warga SAPTA DARMA.

Wejangan

Wejangan Panuntun Agung Sri Gutomo bagi warga SAPTA DARMA dalam mengenali jati diri yang sebenarnya.

Selasa, 24 Januari 2012

PENERAPAN AJARAN GETARAN SRI GUTOMO GUNA PENINGKATAN EKONOMI WARGA KSD


Oleh : Minto Iskandar
Ditulis oleh : Antonius Sukoco


Ringkasan
Ajaran getaran Sri Gutomo, telah diajarkan panuntun kepada warga, tentang cara pandangan satu meter, sapta rengga, dll. Dalam pandangan satu meter sebenarnya dapat dikembangkan mengenai pelajaran daya cipta warga. Daya cipta muncul dari interaksi sinar antara mata dengan benda yang ditatapnya. Interaksi sinar ini melahirkan gegambaran tergantung pada rasa dan ketajaman panca indra. Karena itu ajaran getaran Sri Gutama sudah lebih dari cukup dalam menemukan hal-hal kreatifitas, hingga penelitian sederhana.

Hasil dari kreatifitas dapat dikomersialkan untuk memperoleh keuntungan. Dengan demikian warga dapat mencukupi kebutuhan diri sendiri, keluarga, lalu berkembang menjadi mencukupi orang lain atau perusahaan. Sehingga ajaran getaran sri gutama dapat dipraktekan dilapangan dalam bidang pertanian, perternakan, pendidikan dan penemuan sederhana hingga penemuan yang rumit-rumit. Hasil kreatifitas selanjutnya pada produk yang layak jual. Oleh karena itu, warga dapat menemukan lebih dari satu produk kreatifitasnya.

Pada pandangan satu meter, maka mata menatap kesasaran suatu benda, dari mata akan memancarkan sinar yang mengenai sasaran atau benda, dan dari benda juga akan memancarkan sinar yang akan masuk ke mata, sinar yang masuk ke mata dicerna oleh otak, lalu otak menghasilkan daya cipta, dari sinilah dihasilkan gegambaran. Gegambaran yang dihasilkan bisa sederhana, bisa rumit dan hal ini tergantung pada pengalaman jasmani seseorang atau kematangan jasmani seseorang. Prinsip ini berlaku umum, dan pandangan satu meter dapat dilakukan pada buku yang mengandung rumus-rumus atau diterapkan pada alam sekitarnya.

Teknik pandangan satu meter dapat dikembangkan pada sapto rengga, karena telinga, hidung, mulut, mempunyai indra rasa yang melengkapi manusia, maka indra ini dapat dilatih guna memperoleh kesempurnaan dari kreatifitasnya yang ditemukan. Dengan demikian ajaran pandangan satu meter dari ajaran Sri Gutomo dapat digunakan pada bidang ilmu pengetahuan.

(Kata kunci: Pandangan 1 meter, interaksi sinar, gegambaran)

PENDAHALUAN
Apakah getaran kasar Sri Gutomo??sebelum menjelaskannya, marilah kita memperhatikan bumi dan alam semesta, yang merupakan bagian dari tata surya, kita ketahui bumi mengelilingi matahari pada orbitnya, kenapa bumi dapat mengelilingi matahari?. Karena bumi ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi matahari, sehingga bumi dapat berputar mengelilingi matahari peda orbitnya. Alam semesta inipun mempunyai gaya gravitasi bumi yang menyebabkan manusia dan benda-benda dibumi ini tidak melayang-layang. Dapatlah dipahami bahwa manusia, hewan, tanaman, dll dipengaruhi gaya gravitasi matahari dan bumi.

Dengan demikian pada mekanan yang dikosumsi manusia mengandung dua gaya gravitasi bumi dan matahari yang salling mempengaruhi didalam tubuh. Getaran kasar didalam tubuh, sebenarnya dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu detaran eksternal dan getaran internal. Getaran kasar eksternal adalah getaran sari-sari makanan yang dapat dikeluarkan dalam tubuh. Sedangkan getaran kasar internal adalah getaran sari-sari makanan yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh tetai dapat berguna untuk tubuh.

Makanan yang dikosumsi tubuh, terdapat getaran gravitasi bumi dan matahari, disamping dua gaya ini maka ada getaran sinar-sinar yang maha kuasa. Artinya didalam tubuh manusia ada tiga gaya yaitu matahari, bumi dan sinar Hyang Maha Kuasa. Apakah gaya gravitasi bumi dan matahari dapat dikeluarkan dalam tubuh???kedua gaya ini dapat dikeluarkan dari dalam tubuh dan kembali ke matahari dan bumi (getaran eksternal). Sedangkan getaran yang didalam tubuh adalah getaran sinar Hyang Maha Kuasa (getaran internal).

Getaran internal ini berwujud sinar-sinar Hyang Maha Kuasa, yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan kebutuhan manusia. Marilah kita renungkan fakta dibawah ini: jika kita menjemur pakaian sehabis dicuci, lalu dijemur dipakgar terkena cahaya matahari, maka dalam 4-5 jam pakaian basah akan kering. Fakta ini mengartikan cahaya matahari mengenai pakaian basah, akibat cahaya matahari maka pakaian basah menjadi kering, karena air pada pakaian diubah oleh cahaya matahari menjadi getaran-getaran uap air agar meninggalkan pakaian sehingga pakaian menjadi kering. Fakta ini berlaku pada hewan, manusia, tanaman bia terkena cahaya matahari, pada manusia yang terkena matahari maka dalam tubuh ada getaran-getaran yang bergerak ke atas, kesamping didalam tubuh untuk keluar lalu manusia berkeringat. Oleh sebab itu getaran-getaran dalam tubuh naik keatas hal ini disebabkan oleh gaya cahaya atau gaya sinar dari sumber yang kuat. Fakta-fakta dari matahari, juga berlaku pada sumber yang kuat yaitu sinar Hyang Maha Kuasa menyinari semua umat manusia, maka didalam tubuh akan terjadi getaran yang merambat keatas.

Lalu apakah getaran kasar Sri Gutama: adalah kumpulan gravitasi bumi, matahari, sinar matahari, getaran sinar cahya Allah dan sinar Hyang Maha Kuasa yang terdapat pada sari-sari makanan dan minuman di tubuh manusia.

Dalam sujud maka getaran kasar ini dikeluarkan, sehingga yang tinggal didalam tubuh getaran sinar Hyang Maha Kuasa. Getaran sinar Hyang Maha Kuasa ini dapat digunakan dalam teknik pandangan satu meter, yang dapat dikembangkan menjadi cikal-bakal kemajuan teknologi. Marilah perhatikan contoh berikut: bila pemuda, lalu getaran ini dicerna oleh otak, dari otak menghasilkan daya cipta, demikian juga yang terjadi pada pemudi. Getaran yang masuk melalui mata ini dinamakan getaran kasih sayang yang berasal dari sinar Hyang maha Rokhim berasal dari pemuda-pemudi.

Fakta demikian sudah dipelajari oleh warga dalam ajaran sujud pandangan satu meter. Dalam pandangan satu meter mata menetap santai kesatu titik (kain putih), karena kain putih ditatap oleh mata, maka dari mata akan keluar sinar menuju kain putih, maka dari kain putih juga akan ada getaran sinar yang memasuki mata, sinar dari kain putih ini lalu memasuki otak manusia menghasilkan sesuatu (misalnya: getaran-getaran asap pada kain putih, dll). Dengan demikian ajaran sujud dalam pandangan satu meter, atau getaran kasar dapat digunakan pada penemuan teknologi, inovasi dan kemampuan lainnya.

PENERAPAN AJARAN GETARAN SRI GUTOMO DALAM EKONOMI MIKRO
Warga yang sudah belajar sujud sebenarnya sudah dapat menerapkan dalam berbagai bidang penemuan sederhana, maupun besar.
Marilah kita perhatikan fakta berikut ini: ambilah sedikit tepung terigu, lalu tepung terigu ditatap menggunakan cara pandangan satu meter (seperti dalam sujud). Karena dari mata mengeluarkan getaran cahaya ke tepung terigu maka dari tepung terigu akan memancar getaran cahaya memasuki mata, lalu getaran ini akan memasuki otak, dari otak akan menghasilkan daya cipta, dari daya cipta akan menghasilkan wujud gegambaran misalnya: gegambaran minyak, atau bolo kukus. Dengan demikian warga tadi dapat memulai riset pada gegambaran yang diperolehnya dengan membuat bolo kukus yang baik dan enak, hasil riset membuat bolo kukus dapat dijual kewarga sekitarnya.

Teknik demikian disebut MANEGES (interaksi sinar melalui panca indra), demikian pula didalam memperoleh obat/jamu dari rerumputan, daun, batang pohon dari alam semesta teknik dasarnya sama. Hanya pada jamu lebih komplek karena jamu harus diumumkan pana kelinci atau tikus putih untuk dipelajari pada uji demikian. Maka jamu tadi dicobakan ke ayam, apakah berat ayam meningkat dengan pesat, serta kesehatannya baik dan ayam tahan terhadap penyakit, sehingga ayam demikian dapat dikomersilkan baik telur maupun dagingnya, sehingga perekonomian meningkat. Demikian juga pada bidang pertanian, meka dapat mengambil contoh tanah (satu sendok saja) lalu dibawa pulang taruh di meja, tanah tadi ditatap dengan mata, maka dari mata akan keluar cahaya yang mengenai tanah, lalu dari tanah akan memancarkan cahaya masuk lewat mata, dicerna oleh otak, dari otak menghasilkan daya cipta lalu menghasilkan gegambaran tanaman misalnya pohon tomat, lalu dicek dengan fakta sekitarnya apakah tanah disekitar sesuai dengan bercocok tanam tomat. Bila sesuai maka dilanjutkan, dengan membeli tomat. Tentunya tanah harus digemburkan lalu ditaburi bibitnya dst, pohon tomat jika sudah waktunya diberi pupuk organik atau pupuk kompos dan pupuk buah pada waktunya.

Dengan demikian warga dapat mengembangkan sendiri dalam berbagai kebutuhan dan berbagai bidang lmu, misalnya ilmu kimia, fisika, teknih sipil, arsitek, ekonomi, dll. Demikian juga warga yang tidak sekolah dapat menerapkan getaran kasar Sri Gutomo dalam bidang pertanian dan perternakan. Caranya seperti diuraikan penulis diatas, tinggal latihan dan penerapannya. Setelah memperoleh daya cipta dan menghasilkan gegambaran, selanjutnya dilanjutkan dengan melakukan sebagai berikut:

Riset sederhana adalah melakukan uji coba kecil-kecilan dan memperhatikan produk yang dihasilkan apakah sudah sesuai jika belum sesuai maka diulang lagi. Setelah produk yang dihasilkan sesuai, maka dilakukan perhitungan ekonomi apakah produk ini layak dijual, jika layak berapa harga yang pantas untuk dijual ke konsumen.
  • Menentukan packing dari produk agar menarik.
  • Melakukan survey kemana produk akan dijual.
  • Setelah melakukan survey, maka lakukan penjualan produk dengan percaya diri.
  • Sedapat mungkin gunakan dana seminimal mungkin.
PENERAPAN AJARAN GETARAN SRI GUTOMO DALAM EKONOMI MAKRO
Dalam ekonomi makro maka masalahnya kebih kompleks, karena perkembangan teknologi dan inovasi manusia begitu pesat, misalnya kita berjalan diswalayan atau supermarket maka banyak aneka produk yang ditampilkan yang harganya terjangkau sampai mahal sekali yang semua tadi betujuan untuk memuaskan manusia. Sepintas tidak ada celah bagi warga untuk menjual produknya dalam persaingan demikian pesat. Jika kita jalan-jalan diswalayan maka mata menatap dengan tenang lakukan seperti pandangan satu meter namun posisi berdiri maka ada sinar-sinar masuk tadi langsung keotak dan terekam lalu muncul daya cipta dan gegambaran. Gegambaran yang mampak pada rasa kita itu yang menuntuni kita agar melakukan bisnis seperti yang tertuang dalam gegambaran tadi.

Dalam melakukan ekonomi makro, maka banyak yang dilibatkan misalnya: produk harus izin dari balai POM, departemen pertanian dan perternakan, serta survey lapangan yang perlu diterapkan, serta hal-hal lain yang perlu diperhitungkan. Dalam ekonomi makro perlunya dipelajari perdagangan internasional, yang tentunya dapat dimanfaatkan kemajuan bangsa mancanegara sekaligus memperkaya wacana.

GETARAN SAPTO RENGGO DAN EKONOMI
Semakin banyak penduduk maka semakin berat persaingan dan pengangguran semakin besar berakibat pada kemiskinan, dan daya beli melemah. Teknologi yang ditawarkan manusia pada dasarnya merupakan penjelmaan atau daya tarik dari getaran mata, hidung, telinga, mulut dan otak. Misalnya: getaran pada mata ini dapat merasakan dan melihat beraneka warna, bentuk, model sehingga menusia dapat tertarik dan berniat untuk membeli dan memiliki. Demikian juga hidung, telinga dan mulut pada dasarnyasama merasakan kenikmatan dan produk olahan yang ditawarkan. Getaran otak, hal ini terjadi jika manusia membaca, mendengar tentang berbagai teori sehingga si otak percaya dengan dasar ilmiah. Kesemua getaran ini dapat dimanfaatkan sebagau rangsangan dalam menampilkan teknologi sehingga menghasilkan produk yang disenangi oleh pembeli, dengan semakin banyak pembeli maka semakin meningkat pendapatan dan perekonomian dapat diperbaiki.

Warga telah diajari sujud penggalian oleh tuntunan, tentunya mengetahui tingkat sapta rengga, dalam tingkat ini pendengaran, penciuman, pengecap itu dapat digunakan dalam mencari teknologi baru, teknologi yang digunakan untuk meningkatkan perekonomian keluarga, dll. Prinsipnya sama dengan pandangan satu meter yang telah diuraikan diatan. Karena itu mencari produk apa yang akan dijuan itu tidaklah sulit.

PEMBAHASAN LAINNYA
Ajaran getaran Sri Gutomo telah diajarkan oleh panuntun agung Sri Gutomo kepada warga dan tuntunan, melalui penggalian 12 malam atau 6 hari 6 malam. Sayangnya warga atau remaja memandang getaran sri gutomo terpisah dengan teknologi, ilmu ekonomi, ilmu kimia, ilmu fisika atau ilmu teknik lainnya. Kita hatu dan mengetahui bahwa ajaran getaran kasar Sri Gutomo adalah selaras dengan hukum alam semesta, karena teknologi lahir dari pengamatan pada alam semesta, dari teknologi ini menghasilkan kebersamaan lalu lahirlah ekonomi, yang layak untuk kebutuhan manusia. Karena itu berasal dari getaran. Karena semua manusia 95 % dipenuhi getaran, maka kita murid-murid Sri Gutomo harus belajar memanfaatkan getaran-getaran pada manusia. Getaran pada manusia ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan kita dalam meningkatkan perekonomian.

Semakin banyak penduduk maka getaran menusia semakin hebat, persaingan semakin ketat. Dalam kondisi demikian dapatlah dimanfaatkan oleh remaja untuk tampil dalam mewujudkan teknologi sederhana dan menjualnya kepada yang membutuhkan. Hal ini dapat dimulai dari hal-hal sederhana atau main-main lalu menjadi serius dan profesional. Dalam penggalian kita diajarkan mengeplorasi getaran atau rasa didalam tubuh kita, sehingga kita mengenal getaran didalam tubuh. Didalam kehidupan sehari-hari maka kita dapat mempelajari getaran-getaran di tanah, tanaman untuk pertanian, untuk ppupuk dan mempersiapkan pasir agar bangunan tahan gempa.

Getaran Sri Gutomo telah dijelaskan terdiri dari dua yaitu getarn eksternal dan internal. Getaran eksternal yang berasal dari getaran gaya gravitasi bumi, getaran matahari dan getaran sinar matahari. Getaran ini terdapat pada makanan, hewan, manusia, dan semua yang ada di bumi. Getaran sari makanan mengandung getaran ini yang dapat dikeluarkan, yang nantinya getaran ini kembali ke bumi maupun matahari. Sedangkan getaran internal adalah getaran sinar Hyang Maha Kuasa yang terdapat pada sari makanan. Getaran ini tidak dikeluarkan tapi menggenangi seluruh tubuh manusia. Sifat getaran internal ini berbeda-beda dikepala, dada, perut, dan kaki berbeda-beda. Getaran berasal dari sari makanan inilah yang dapat digunakan untuk penemuan sederhana,  penemuan menengah dan penemuan teknologi tinggi, hal ini tergantung manusiannya sendiri dan kematangan jasmani seseorang.

Dalam perekonomian juga terdapat makna teknologi, oleh karena itu teknologi dan ekonomi sejaan dengan getaran kasar Sri Gutomo. Kelahiran perekonomian warga akan meningkat diukur dari kemampuan warga memperlajari ajaran getaran kasar sri gutomo. Sehingga kemampuan warga di dalam menembus ajaran getaran menjadi tolak ukur kemandirian teknologi sapta darma serta perekonomiannya.

Dalam uraian diatas, telah diuraikan bahwa manusia diliputi getaran gravitasi bumi, matahari, sinar matahari dan sinar Hyang Maha Kuasa. Getaran ini bersatu menjadi satu kesatuan. Jika tidak dikeluarkan dari tubuh, maka manusia dikendalikan getaran ini. Sehingga teknologi yang diciptakan dari otak manusia, bisa berasal dari getaran gravitasi alam semesta. Sudah banyak contoh-contoh tentang teknologi yang diciptakan merusak alam semesta. Sudah banyak contoh-contoh tentang teknologi yang merusak alam dan lingkungan. Sebaiknya bila getaran ini dikeluarkan sehingga yang tinggal getaran sinar Hyang Maha Kuasa. Maka manusia demikian manciptakan teknologi yang bermanfaat untuk alam semesta dan lingkungan.


KESIMPULAN
  1. Ajaran getaran Sri Gutomo adalah WUNGKUL, sehingga jika dijabarkan dapat menghasilkan banyak kreatifitas, teknologi sederhana. Hasil kreatifitas ini dapat meningkatkan perekonomian warga remaja.
  2. Pemberdayaan ekonomi harus dimulai dari manusianya sendiri dalam hal ini warga itu sendiri, seberapa jauh menetrasi (menembus) ajaran getaran Sri Gutomo yang selanjutnya melahirkan keatifitas, penemuan sederhana. Penemuan warga ini dapat digunakan untuk membantu perekonomian keluarga, kelompok, desa, dst.
  3. Teknologi sekarang adalah produk asli dari penjabaran GETARAN, yaitu getaran gravitasi alam semesta, matahari, sinar matahari.
  4. Teknologi dan ekonomi sapta darma boleh muncul menggunakan getaran sinar-sinar Hyang Maha Kuasa, yang tertuang pada ajaran pandangan satu meter, maka menemukan teknologi dan memutar roda perekonomian tidaklah sulit.......
waras....

PENYEMBUHAN NON MEDIK, DASAR PENGERTIANNYA, MENURUT PENGHAYATAN AJARAN KEROHANIAN SAPTA DARMA


Dokumen
Oleh Antonius Sukoco 

Diajukan sebagai naskah dalam seminar
"Peranan non medik didalam pengobatan"
diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Oleh :
Sri Pawenang
Tuntunan Agung, Jurubicara Kerohanian Sapta Darma

Pengantar
Garis besar isi naskah ini sudah termuat dalam abstrak yang kami sampaikan kepada Panitia Penyelenggara Seminar beberapa hari lalu. Oleh karenanya tak perlu hal itu disinggung lagi.
 

Untuk memberikan penjelasan secara lengkap dan terperinci akan hal yang kami kemukakan adalah sulit, karena waktu yang diberikan yang memang harus terbatas tak memungkinkan untuk itu. Maka kami hanya akan mengemukakan hal2 yang esensial saja. Meskipun demikian diharapkan sudah dapat memberikan kejelasan yang diinginkan.
 

Hal-hal yang kami kemukakan sehubungan dengan "Penyembuhan Non Medik" banyak yang lebih bersifat abstrak daripada konkrit. Dan untuk yang demikian sering sukar untuk dijelaskan dengan logika ilmiah. Karenanya kami mencoba untuk memberikan keterangan dengan cara bukan menurut disiplin ilmiah secara murni, tetapi mempergunakan "dasar ilmiah dari suatu pengertian", dalam tujuan memudahkan uraian penjelasan.
 

Keawaman dibidang Ilmu Pengetahuan lain (khususnya Ilmu Kedokteran dan Ilmu Alam) membuat penjelasan2 kadang2 terasa janggal, tidak sesuai dengan "disiplin" ilmu yang tersangkut. Namun hal yang demikian diharapkan tidak merupakan sebab dari timbulnya kekaburan pengertian dari "pengertian" yang dimaksud.

A. Hubungan antara Makhluk didunia dengan Penciptanya.
Ajaran berdasarkan Ke Tuhanan memberikan pengertian bahwa semua yang ada milik Tuhan. Semua makhluk tercipta karena kehendak Tuhan.
"Unsur" Ke Tuhanan merupakan "dzat"utama bagi keberadaan suatu makhluk. Tanpa ini suatu keberadaan (maya ataupun nyata)tidak akan pernah ada.
Unsur itu adalah Sinar Cahya Allah.
 

Sinar Cahya Allah berperan sejak awal, akhir dan selama keberadaan sesuatu makhluk. Keberadaan suatu makhluk selamanya tidak akan lepas dari "jangkauan" Sinar Cahya Allah.
Sinar Cahya Allah meresap kedalam suatu keberadaan (abstrak ataupun konkrit) dan berubah menjadi pembentuk perwujudan. Pembentuk perwujudan itu "hidup" dan bergerak karena didukung oleh adanya Sinar Cahya Allah.
 

Kemudian saling berkumpul, berkembang dan entah apa namanya untuk membentuk suatu perwujudan. Dalam kejadian itu Sinar Cahya Allah tetap merupakan unsur utama.
Keadaan dan kemampuan lingkungan yang tercipta sebelumnya ikut berperan dalam proses perubahan dan perkembangan Sinar Cahya Allah menjadi pembentuk perwujudan dan proses selanjutnya. Sehingga dapat dilihat adanya makhluk Tuhan yang bermacam wujud, bentuk, kelakuan, watak dan sifat.
 

Peran dan wujud Sinar Cahya Allah sesudah terwujudnya makhluk, bermacam-macam. Sebagai atom2, sel2 dan bentuk2 lainnya yang nyata, ataupun wujud2 yang abstrak berupa rokhani, nafsu2, cipta, dan sebagainya.

B. Manusia, makhluk Tuhan yang tertinggi martabatnya. 

Manusia mempunyai martabat paling tinggi diantara makhluk Tuhan yang lain karena Tuhan telah memberikan "peralatan" yang lebih lengkap dan sempurna dibandingkan yang diberikan kepada makhluk lain.
Manusia dapat menjalankan kehidupannya berdasar program yang disusun oleh cipta, rasa dan karsa yang tidak mungkin dilakukan oleh makhluk lainnya. Perkembangan peradapan manusia yang menghasilkan seperti apa yang dapat dilihat menunjukkan "cerminan sifat2 Tuhan" yang diberikan kepada manusia melalui Rokhani manusia. Akan hal rokhani manusia, adanya cipta,rasa dan karsa Rokhaniah membuat manusia dengan mudah dapat mendekatkan diri kepada Tuhan untuk memohon. Dengan "memelihara" Rokhaninya, manusiapun dapat menggunakan "kekuatan-kekuatan" yang ada didalam pribadinya seoptimal mungkin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupannya. Dengan rohani pula manusia dapat mengendalikan nafsu2 yang ada dalam pribadinya untuk diarahkan pada tujuan2 baik.


Alat-alat dan kemampuan2 itulah yang membuat manusia mempunyai martabat yang lebih tinggi daripada makhluk Tuhan yang lain.
 

C. Penyembuhan dijalan Tuhan nenurut Ajaran Kerohanuian Sapta Darma.
 

C1. Sakit, pengertiannya menurut Ajaran Kerokhanian Sapta Darma
Tubuh manusia terdiri dari atom2. Atom-atom merupakan sesuatu yang hidup, bergetar, bergerak, saling tarik membentuk sel2, jaringan sel2 dalam komponen2 tubuh yang disebut otak, hati, tulang, kulit dan organ tubuh lainnya. Komponen-komponen membentuk suatu jaringan dalam sistim yang sempurna.
Pada tubuh manusia hidup yang normal, komponen2 dalam sistim merupakan komponen2 yang aktip dan kompak. Bergetar, berdenyut, bergerak, mengirim tanda, menyalurkan dan melaksanakan perintah, dll. dalam suatu tata kerja yang aktip, harmonis, bersama-sama mewujudkan sesuatu yang hidup.
Atom, sel dan komponen dapat menjalankan tugas karena pada itu terdapat "tenaga penggerak" bagiseluruh kegiatan.
 

Tenaga itu adalah "getaran2 hidup" yang terdiri dari : "getaran2" Sinar Cahya Allah dalam pribadi manusia; Cipta, rasa dan karsa Rokhaniah dan getaran2 sari2 bumi.
Jika diibaratkan, getaran2 hidup itu terhadap tubuh manusia : Sinar Cahya Allah sebagai "udara yang mengandung zat asam" bagi atom supaya tetap hidup;Cipta-rasa-karsa Rokhaniah merupalkan sumber tenaga bagi atom, sel, komponen agar tetap dapat bergerak; sedangkan sari2 bumi sebagai bahan bakar, minyak pelumas dan suku cadang.
Atom-atom dalam tubuh dapat mengambil daya dengan optimal jika atom2 dapat bekerja secara normal. Tersebut dapat terlaksana jika keseimbangan dan keselarasan tata kerja dalam sistim terpenuhi. Jika tidak, atom2 akan tak dapat sepenuhnya memanfaatka getaran2 hidup. Akibat lebih jauh adalah sel2, komponen2 yang dibentuknya kurang atau tak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
 

Dalam tubuh yang "seimbang" getaran2 hidup mendukung tugas atom, sel dan komponen dengan cara yang seimbang. Artinya sesuai dengan sistim dan kebutuhan tiap atom, sel, komponen. Gangguan bagi pelaksanaan tugas getaran2 hidup membuat "pelayanan" yang diberikan menjadi kurang/tak sempurna. Ini berarti kebituhan tiap atom, sel, komponen tidak terterpenuhi sebagaimana mestinya, dan timbulah kelainan2 pada atom, sel dan komponen.
Kedua hal tersebut diatas, pelaksanaan tugas atom yang tidak normal dan ketidak sempurnaan getaran2 hidup melakukan tugasnya, merupakan sebab dari timbulnya kelainan2 dalam tubuh. Kelainan-kelainan ini yang dinamakan sakit.
 

C.2. "Alat-alat dalam tubuh yang bisa dimanfaatkan dalam usaha penyembuhan".
Manusia hidup merupakan gabungan unsur jasmaniah dan unsur Rokhaniah.
Wadag manusia dengan segala
"Alat2" jasmaniah yang adanya hanya dapat ditandai dengan rasa dan mata abstrak (mata batin, mata rokhani) merupakan unsur jasmaniah abstrak.
 

C.2.1. Unsur jasmaniah nyata.
Dalam tubuh manusia terdapat jaringan sarap dengan otak kecil sebagai pusatnya. Pada tempat2 tertentu dalam jaringan rasa terdapat talirasa2 (simpul sarap ?) yang ditandai dengan dua puluh macam nama. Talirasa yang dua puluh macam itu berjumlah tiga puluh buah, terletak di tiga puluh tempat dalam tubuh manusia.
Macam nama diambilkan dari nama2 hurup Jawa yang jumlahnya dua puluh.


Duapuluh macam nama, tiga puluh talirasa tersebut adalah:
1. "Ha" yang terletak dipangkal lidah (Bhs.Jw.: tenggok)
2. "Na" pada pangkal leher bagian depan, pada arah lurus dengan letak pipa napas bercabang.
3. "Ca" ditengah-tengah tulang dada (Jw.: Iga malang).
4. "Ra" pada ujung tulang dada (kecer ati).
5. "Ka" tepat pada pusat (puser).
6. "Da" di "bathukan", sebelah atas kelamin.
7. "Ta" pada tulang ekor.
8. "Sa" pada rulang belakang (ula2), segaris lurus dengan "ka".
9. "Wa" dibawah tulang belikat (enthong2). (2)
10. "La" tepat di tengkuk.
11. "Pa" diketiak kiri dan kanan. (2)
12. "Dha" pada siku bagian depan (lipatan siku). (2)
13. "Ja" terletak pada pergelangan tangan, bagian depan. (2)
14. "Ya" ditelapak tangan. (2)
15. "Nya" dibawah kedua tetek. (2)
16. "Ma" pada pangkal kedua selangkangan. (2)
17. "Ga" dibagian depan lutut.(2)
18. "Ba" pada kedua pergelangan kaki. (2)
19. "Tha" terletak dikedua telapak kaki. (2)
20. "Nga" terletak tepat ditengah antara dua kening.


Ke tiga puluh buah talirasa merupakan alat bagi usaha penyembuhan.
Sarinya sari2 bumi dalam tubuh manusia merupakan "Makhluk" dengan getaran2 hidup yang paling sempurna sesudah Sinar Cahya Allah dan Rokhani.Kemampuan yang mendekati unsur aslinya (Sinar Cahya Allah) merupakan faktor penting dari sarinya sari2 bumi untuk dimanfaatkan dalam usaha penyembuhan.
Sarinya sari2 bumi pada keadaannya , merupakan suatu dalam tubuh yang memiliki getaran-getaran hidup meskipun tidak se sempurna tubuh manusia dimana itu terjadi.
 

C.2.2. Unsur Jasmaniah Abstrak.
Nafsu-nafsu, cipta, rasa dan karsa jasmaniah merupakan unsur jasmaniah yang abstrak.
Dalam Simbol Pribadi Manusia, nafsu2 digambarkan sebagai lingkaran dalam warna: hitam, merah, kuning dan putih.
Nafsu2 hitam, merah dan kuning adalah nafsu2 yang betul2 bersifat jasmaniah. Sedang nafsu putih meskipun timbul dari Rokhani, dengan melihat faktor pengaruh jasmaniah yang menyebabkan timbulnya nafsu itu, digolongkan sebagai nafsu jasmaniah.
Nafsu2 diperbanyak macamnya dan dimiliki oleh "Saudara" dalam pribadi manusia yang ditandai dengan dua belas nama. Macam2 nafsu merupakan watak, sifat dan kelakuan daripada Saudara manusia yang dua belas macam itu.
Dihitung dengan angka, saudara manusia dalam pribadinya ada 14 tempat.
Adanya dapat dibuktikan dengan rasa dan mata batin. wujud,rasa, tabiat, watak, dan sifatnuya.
 

Penelitian pada hal itu menunjukkan selain Rokhani sebagai salah satu saudara, saudara yang lain yang bernama Bagindakilir dapat dimanfaatkan sebagai alat dalam penyembuhan. Bagindakilir terletak pada ujung jari2 tangan kanan-kiri.
Cipta, rasa dan karsa jasmaniah dapat dipandang sebagai alat dalam usaha penyembuhan. Sebab, pada waktu dilakukan penyembuhan cipta harus diam, rasa seolah-olah harus dimatikan dan karsa harus sepenuhnya tertuju pada keinginan untuk sembuh; boleh dikatakan semacam sugesti.
 

C.2.3. Unsur-unsur Rokhaniah.
Rokhani manusia mempunyai Cipta, Rasa dan Karsa. Dihubungkan dengan cipta, rasa dan karsa jasmaniah : Cipta dan Karsa Rokhaniah merupakan pendukung utama bagi kesempurnaan kerja cipta dan karsa jasmaniah. tanpa Cipta dan Karsa Rokhaniah, cipta dan karsa jasmaniah tak akan dapat berfungsi.
Rasa Rokhaniah yang berfungsi sebagai unsur hidup terdapat diseluruh tubuh, memegang kemudi terhadap rasa2 jasmaniah manusia.
Cipta Rokhani bertugas mengadakan hubungan dengan Hyang Maha Kuwasa. Mencapai tempat2 yang dikehendaki dengan "Gelombang pikiran" dengan tenaga/ daya penggerak berupa Karsa Rokhani. Cipta Rokhani juga bertugas menuntun cipta dan karsa jasmaniah untuk berjalan pada jalur yang benar.
Karsa Rokhani merupakan penggerak Rokhani termasuk Cipta dan Rasanya. Boleh dikatakan Karsa Rokhani merupakan cerminan dari Karsa/Kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja karena hanya cerminan, Karsa Rokhani mempunyai kemampuan yang terbatas.
Melihat pada tugas Cipta, Rasa dan Karsa Rokhani; dapatlah diyakinkan bahwa itu dapat dimanfaatkan untuk usaha penyembuhan.
Keyakinan itu akan makin kuat jika dimengerti tugas sebenarnya daripada Rokhani terhadap manusia yaitu sebagai pamomong, penuntun jasmani agar jasmani bahagia, tenteram selamat dalam menjalankan segala gerak kehidupannya.
Untuk membedakan Sinar Cahya Allah dalam pribadi manusia dengan Sinar Cahya Allah yang ada diluar pribadi manusia, Sinar Cahya Allah dalam pribadi disebut sebagai unsur Rokhaniah.
Karena fungsinya sebagai pendukung untuk keberadaan segala sesuatu didalam tubuh, maka unsur Rokhaniah ini jelas mempunyai kemampuan. Kemampuan Sinar Cahya Allah dalam pribadi ini dapat dimanfaatkan sebagai alat penyembuhan.
 

C.3. Cara Penyembuhan.
Ada lima cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan :
Sabda Usada, Menggarap Talirasa, Sujud, Ulah Rasa dan menggerakkan Bagindakilir (Nur Rasa).

C.3.1. Penyembuhan dengan sabda Usada.
Dilakukan untuk penyembuhan terhadap orang lain, jarak jauh atau jarak dekat. Caranya :

    Didahului dengan ening dirasakan berkumpulnya getaran-getaran hidup berkumpul di-ubun2 tempat Rokhani bersemayam. Getaran-getaran hidup tersebut ditarik oleh Rokhani. Tentu saja tidak semuanya, sebab masih diperlukan dukungan untuk menggerakkan seluruh atom, sel, komponen tubuh.

    Pada saat ketiga getaran hidup berkumpul, pada saat itu pula ubun2 "terbuka" dan melesatlah Cipta Rokhani dengan tenaga penggerak karsa Rokhani, menuju sumber segala keberadaan.

    "Diperhatikan" batin Rokhani mengucap: Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha Adil.

    Dirasakan Sinar Cahya Keagungan, Kerokhiman, Keadilan Tuhan masuk dalam pribadi dan meleburperpaduan ketiga getaran2 hidup menjadi "daya/kekuatan" yang untuk mudahnya dinamakan "atom berjiwa", atom2 rokhaniah yang dapat dikendalikan oleh Rokhani.

    Diperhatikan selanjutnya,batin Rokhani mengucap: Hyang Maha Kuasa nyabda si A waras (Hyang Maha Kuasa menyabda si A sembuh).

    Dirasakan getaran pengaruh atom berjiwa turun kemulut.
    Keluar dorongan ucapan: Waras

    Dikirimkan atom berjiwa oleh Cipta dan Karsa Rokhani kepada penderita. Untuk jarak dekat kiriman langsung ditujukan pada bagian yang sakit.

C.3.2. penyembuhan dengan menggarap Talirasa.  

Dilakukan untuk penderita sakit ingatan, atau sakit yang ada hubungannya dengan kerja sarap, sakit karena ada bagian badan yang kurang/tidak sehat. Caranya :

Ening, dibentuk atom berjiwa.

Talirasa yang berhubungan dengan badan yang sakit (pada penderita) diputar-putar (diuyek-uyek) dengan jari tengah tangan kanan sambil atom berjiwa disalurkan ketubuh sisakit melalui itu. Apabila Rokhani memandang sudah cukup, sabda waras dikeluarkan sambil getaran Sinar Cahya Allah dalam pribadi dikirimkan untuk menyempurnakan pekerjaan itu.

Usaha penyembuhan ini dilakukan oleh "pelantar" dari jenis kelamin yang sama dengan penderita. Jika tidak memungkinkan, penyembuhan dilakukan dengan Sabda Usada, atau dengan cara menggarap Talirasa dengan kesaksian keluarga penderita yang menunggui usaha penyembuhan itu.

Syarat tersebut dikenakan dan harus ditaati untuk menjaga kesusilaan, kehormatan dan mencegah timbulnya hal2 yang tidak baik.
 

C.3.3. Penyembuhan dengan jalan Sujud.
Dilakukan oleh penderita yang menginginkan kesembuhan.
Sujud berguna untuk : meleremkan dan mengendalikan nafsu mendudukkan Rokhani pada tugas sebenarnya, mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjaga kesehatan (sebagai manfaat sampingan). Dapat juga dipergunakan sebagai usaha penyembuhan.
 

Dalam sujud, getaran2 hidup ditarik rokhani dan berkumpul di-ubun2.Pada saat Rokhani kontakdengan sumber hidupnya, Sinar-sinar Cahya dalam sifatnya yang masih murni masuk dan meresap kedalam pribadi manusia. Sinar-sinar Cahya Allah itu melebur gabungan tiga unsur menjadi atom berjiwa dan menyempurnakan getaran2 hidup yang lain sehingga kerja daripada atom, sel, komponen makin dan lebih seimbang. Penggantian atom2 yang tidak fungsional dan perbaikan alat yang mengalami ganguan makin dipercepat.
 

Dalam melakukan sujud untuk penyembuhan; Sinar Cahya Allah dalam sifatnya yang masih murni yang masuk kedalam pribadi, atom berjiwa yang terbentuk; seluruhnya dapat ditujukan dan dikumpulkan pada bagian tubuh yqang sakit.
 

C.3.4. Penyembuhan dengan Ulah Rasa.
Ulah rasa dilakukan untuk: menyelaraskan kembali getaran-getaran hidup yang belum sempurna bekerjanya, yang mana tidak bisa dicapai pada waktu menjalankan sujud.
Ulah rasa yang dijalankan setelah sujud selesai dilakukan ini, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

Telentang, lurus, tangan disamping badan, telapak tangan menghadap keatas. Semuanya serba kendor; otot, daging, sarap, pakaian,. Napas diatur seenak dan sehalus mungkin.
    Mata terpejam, cipta-rasa-karsa jasmaniah diam.

Ening, ubun2 dibuka, rasakan getaran2 yang ditarik oleh Rokhani sejak ujung jario kaki sampai terkumpul diubun-ubun.

Rasakan turunnya getaran dari ubun2, rasakan getaran2 merayap keseluruh bagian tubuh, menyempurnakan getaran2 lain yang tertahan ("beku"), rasakan getaran2 membuka simpul sarap (talirasa), dan akhirnya merasalkan sampai diujung kaki kembali.

Dengan penyelarasan getaran2 hidup , kesehatan akan lebih terjamin. Lebih lanjut dapat dilakukan hal berikut.

Sesudah merasakan getaran2 yang turun dari ubun2 sampai keujung jari2 kaki, dapat dirasakan keluar masuknya hawa melalui pori2 kulit, lama2 dapat terasa se-olah2 napas tidak hanya melalui hidung, tapi juga melalui seluruh permukaan badan.
 

Terasa bahwa badan memang sebetulnya bukan barang yang betul2 padat melainkan seperti saringan. Dalam keadaan ening demikian Sinar-sinar Cahya Allah diluar tubuh lebih banyak "diisap" dan bersama-sama getaran hidup yang ada dalam tubuh "membunuh" bibit2 penyakit yang akan keluar bersama keluarnya keringat.
 

Dapat dirasakan pula denyutan jantung, mengalirnya darah dalam pembuluh, getaran simpul2 sarap, merayapnya getaran hidup melalui sel2 dalam tubuh, dan lain2 yang bisa dirasakan . Bagian-bagian yang dirasakan akan menjadi lebih kuat dan tahan lama. Itulah cara menjaga kesehatan dengan ulah rasa.
 

Untuk mengusahakan kesembuhan dapat dilakukan dengan menggerakkan Nur Rasa (Bagidakilir), yaitu sesudah getaran2 hidup berkumpul di-ubun2. Nur Rasa dapat diminta untuk menyembuhkan bagian badan yang sakit.

C.3.5. Penyembuhan dengan menggunakan Bagindakilir.
Berlainan dengan cara menggerakkan Bagindakilirdalam ulahrasa, cara ini dilakukan dalam rangkaian pesujudan.
Cara penyembuhan ini jarang dilakukan. Selain kesannya kasar hingga kadang2 aneh dan menggelikan, sisakit yang bersangkutan bisa merasa malu meskipun hanya untuk sementara.
Pada keadaan2 tertentu, misalnya pada orang yang kurang puas/manteb dengan cara halus, gerak Bagindakilir dipergunakan untuk penyembuhan.

Sesudah sujud wajib dilakukan, bungkukan badan dalam sujud ditambah satu kali. Pada kali terakhir ini Rokhani meminta pada Bagindakilir untuk bergerak mengusahakan kesembuhan.
Sesudah ucapan selesai, badan kembali duduk tegak kemudian tangan diatur dalam sikap sembah. Setelah itu tangan dengan sendirinya bergerak, menjamah, mengusap, menepuk, memukul atau menggerakkan bgian2 badan yang sakit. sampai berhenti dengan sendirinya atau diminta.
 

Untuk orang2 yang sudah "halus" Rokhaninya, gerak tersebut juga makin halus.
dalam hal sisakit belum bisa menggerakkan baginda kilir, tuntunan sujud dapat minta geraknya Bagindakilir sisakit kepada Tuhan.

C.4. Pengertian.
Penyembuhan yang dikemukakan pada pelaksanaannya menunjukkan cara2:
1) Penggabungan tiga unsur getaran2 hidup.
2) pembentukan atom berjiwa.
3) Pengiriman dan pemanfaatan atom berjiwa.
4) Menghilangkan gangguan2 terhadap kelancaran tugas getaran2 hidup.
5) Menyelaraskan dan menyeimbangkan tata kerja atom, sel, komponen tubuh.
6) Menguatkan atom2, sel2, komponen2.
 

Penyembuhan dengan cara itu sebenarnya merupakan pengembangan dari suatu proses yang sudah ada.
Dalam tubuh, atom2 berjiwa selalu terbentuk dengan sendirinya. Berlangsung secara organis, tanpa disadari. Secara organis sarinya sari2 bumi berkumpul dengan getaran2 Sinar Cahya Allah dan getaran Rasa Rokhaniah membentuk atom berjiwa, hormon2, energi atau entah apa namanya.
 

Dengan ening, sujud, dsb. pembentukan atom berjiwa dapat dilakukan setiap saat dengan proses yang dapat diikuti secara sadar. Penyebaran ataupun konsentrasi atom berjiwa bisa dikehendaki dan digunakan; terkendali dan terarah pada sasaran yang dimaksud.
Pembentukan atom berjiwa cara Rokhaniah dapat dikatakan, (sebagai salah satu bagian dari kemungkinan yang timbul), merupakan proses pembuatan obat didalam tubuh manusia.
tak berbeda dengan obat yang dikenal dalam bidang medik yang mana juga mengandung unsur Sinar Cahya allah didalamnya, setelah masuk kedalam tubuh akan bertemu dengan Sinar Cahya Allah dan getaran2 hidup yang lain kemudian diubah sebagai atom2 yang mampu menghilangkan sakit.
 

Dua hal diatas memberikan pengertian bahwa: Penyembuah dengan menggunakan dua cara (medik dan medik Rokhaniah, tak dapat diragukan merupakan cara penyembuah yang sangat efektip.
 

Pengetahuan medik memberikan obat dengan khasiat tertentu atau khusus yang efektip sebagai alat penyembuh. Pengertian non medik (Rokhaniah) memberikan cara membuat atom berjiwa sebagai obat; cara yang langsung berguna untuk menyempurnakan kemampuan obat medik. Selanjutnya efektifitas daripada gabungan dua macam obat ini dilakukan dengan menyalurkannya secara penuh pada bagian tubuh yang membutuhkan.
 

Penyembuhan non medik sebagaimana diungkapkan selalu :
1) Dilakukan dalam keadaan ening.
2) Rokhani memegang peranan utama.
3) Disebut dan dimintakan Kekuasaan Tuhan.
4) Disempurnakan gabungan tiga unsur getaran2 hidupmnjadi atom berjiwa oleh Sinar Cahya Allah dalam sifatnya yang masih murni.


Tersebut diatas memberikan pengertian bahwa, dalam usah penyembuhan non medik macam itu :
1) Manusia tidak mempunyai peran apa2 selain sebagai alat.
2) Semua tergantung pada Ulah Rokhani dan Kehendak Tuhan.
 

Dengan demikian tak layaklah jika mausia menyombongkan diri sebagai yang berkemampuan melakukan penyembuhan. Kemampuannya hanyalah sebagai pemegang peran "pelantar/perantara" saja.
Ketergantungan manusia terhadap Rokhaninya dan Tuhan merupakan suatu tanda bahwa kemampuan manusia terbatas adanya.
 

Lebih-lebih jika dimengerti bahwa Rokhani sendiri sebenarnya dalam mengembangkan kemampuannya tergantung keadaan dalam pribadi manusia sendiri.
Mampukah nmanusi dalam menggunakan cipta rasa dan karsanya tidak dibawah pengaruh nafsu2; bagaimanakah keadaan Rokhani sejak sebelum lahir dan sesudah menjalankan kehidupan didunia nyata.
 

Keadaan Rokhani sejak sebelum lahir, selama kehidupan jasmaniah berlangsing, sifat/watak dasar, perkembangan cipta rasa, karsa manusia mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan Rokhani.
 

Digunakannya nama dan kekuasaan Tuhan membuat lebih tak pantas jika manusia menggunakan "kemampuan" yang ada dalam dirinya sebagai pelantar kesembuhan untuk tujuan mencari keuntungan atau uang.
Dalam hal ini wajiblah syaratnya, jika pertolongan yang diberikan adalah tanpa pamrih apapun kecuali untukl kesembuhan dan kebahagiaan orang lain, dan dilakukan denga pengertian serta kesadaran bahwa tersebut hanyalah sekedar melaksanakan KeRokhiman Allah.
 

Komersialisasi Nama dan Kuasa Tuhan jelas merupakan suatu hal yang tak bisa dibenarkan. Hukum Tuhan mungkin akan menimpa terhadap pelanggaran ketentuan ini.
Ketergantungan manusia pada Rokhani dan Tuhan memberikan pengertian bahwa : Kemampuan sembuh pada seseorang sakit pada hakekatnya terletak/tergantung pada sisakit sendiri dalam hubungannya dengan Tuhan.
 

Artinya sembuh dan tidaknya tergantung atas Kehendak?Kuasa Tuhan. Oleh karenanya sudah wajarlah jika manusia sewajibnyalah selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan baik selama sehat, lebih2 dalam keadaan sakit.

D. Penutup
Naskah ini bukan bermaksud mengemukakan suatu hipotesa bukan pula mengajukan semacam tese. Karenanya tidaklah didapati adanya "argumentasi" ataupun bukti2 yang mendukung komentar yang dikemukakan.
 

Mungkin juga inti dari isi naskah lepas dari maksud diadakannya seminar yaitu tidak diberikannya suatu yang mantab yang merupakan suatu kesimpulan, karena memang tidak dikemukakan suatu analisa yang menuju kepada kesimpulan itu.
Apa yang diajukan adalah hasil penelitian pribadi yang sifatnya umum, artinya bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umum lebih2 kedudukan. Hasil yang sulit diungkapkan menurut disiplin ilmiah yang benar. Bahkan ungkapan mengenai "apa dan bagimana adanya" mungkin tidak logis, irasionil menurut pertimbangan akal dan pikir.
 

Namun hal itu bukan merupakan suatu sebab bagi ketidakmungkinan dibukanya ruang diskusi/sararehan meskipun sebenarnya sulit untuk dilakukan. Sebab sebagaimana dimaksudkan bahwa semuanya merupakan pengalaman pribadi dalam arti "pengalaman batin" yang diperoleh dengan pengolahan/penggulowentahan Rasa dan Rokhani. Suatu yang abstrak yang sulit untuk diceriterakan dengan kata2, ataupun diperagakan dengan alat2 bukan abstrak. Lagipula suatu forum diskusi jelas membutuhkan media komunikasi berupa "bahasa" yang sama.
 

Ketidak samaan "bahasa" dalam diskusi dapat membuat jalan bersimpang tanpa menghasilkan kesimpulan ataupun sesuatu yang bermanfaat.
Akhir kata, kepada Panitia Seminar dan juga kepada IDI (Ikatan Dokter Indonesia), atas nama seluruh Warga Kerokhanian Sapta Darma kami menyampaikan terima kasih kami, atas pemberian waktu dan kesempatan untuk menyampaikan isi dan inti daripada naskah ini, yang merupakan dasar pengertian daripada Ajaran Penyembuah menurut Kerokhanian Sapta Darma.
 

Semoga Seminar ini bermanfaat bagi kemanusiaan, dengan perkenan Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim dan Maha Adil.

Terima kasih.
Yogyakarta, 3 Maret 1979
(Sri Pawenang)

DASAR-DASAR PENGHAYATAN KEROKHANIAN SAPTA DARMA (Bag. I)




BAB I
KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pendahuluan
Dalam mengawali uraian ini, perkenankanlah kami mengajak kita semua bersama-sama untuk meluhurkan asma Allah Hyang Maha Agung, Hyang Maha Rokhim, Hyang Maha Adil, hanya karena adanya percikkan Sinar Cahaya Allah inilah, kita semua dapat dipertemukan melalui tulisan ini, dengan diliputi oleh rasa tentram, damai, sejahtera, bahagia, karena kita juga diliputi oleh rasa hati yang longgar, cerah, serta dalam situasi dan kondisi yang segar-bugar lahir dan batin.

Dan dengan kesempatan ini pula kita sampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Bapa Panuntun Agung Sri Gutama dan Tuntunan Agung Ibu Sri Pawenang, yang telah berkenan melaksanakan darma yang nilainya tiada terhingga, serta mempelopori pembentukkan kepribadian asli, atau sikap watak Satria Utama yang menerima kemampuan/ mengemban tugas memayu-hayu bahagianya bawana ini.

Semoga kita segenap warga berkemampuan meneladani beliau berdua, sehingga darma hidup kita dapat bermanfaat terhadap sesama manusia, yang mengemban tugas kewajiban menyampaikan Wahyu Alam Pepadhang Jagad, sebagai sarana mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian dunia dalam kehidupan yang Tata Tentrem Kerta Raharja bagi sesama umat manusia dimuka bumi ini. Untuk itu marilah dalam kesempatan ini kita mulai mencoba menelusuri adanya kehidupan kita manusia ini.

Manusia di seluruh dunia ini dapat diperkirakan secara kasar, dalam kehidupannya secara mayoritas telah percaya bahwa Tuhan itu ada, dan Maha Kuasa, atau setidak-tidaknya ada pengakuan, bahwa di luar diri manusia itu, ada kekuatan atau kekuasaan yang melebihi dari kekuatan/kekuasaan dirinya itu, kepercayaan tersebut ada yang melaluibentuk barang, misalnya: kayu (pohon), batu, dan atau bentuk barang buatan manusia sendiri, yang dianggap sebagai perantara terhadap suatu kekuatan/kekuasaan yang ada pada luar dirinya itu. Namun manusia di nusantara ini, secara umum atau dapat disebutkan seluruhnya, telah percaya, bahkan yakin, bahwa kekuatan/kekuasaan yang ada di luat dirinya itu (secara nasional) disebut Tuhan Yang Maha Esa. 

Sebagaimana oleh para pendahulu kita dalam persiapan pembentukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sepakat untuk menetapkan dasar NKRI ini adalah Pancasila, dan sebagai falsafah bangsa nusantara ini. Dalam sila pertama disebutkan : Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat tersebut dalam pengertian sementara ini mengandung arti/makna, bahwa bangsa nusantara ini seluruhnya telah berketuhanan yang maha esa.
Kepercayaan atau keyakinan ini di dalam penghayatannya melalui tata cara yang telah ditetapkan oleh agama dan atau kepercayaannya masing-masing komunitasnya, di nusantara dan sekitarnya, kepercayaan kepada Tuhan ini menggunakan kata “agama”. Kata tersebut berasal dari Bahasa Jawa kuno/kawi, tembung “agama” mengandung arti dan makna: TATA atau TATANAN sehingga kata “agama” bermakna, sebagai Tatanan:
  1. Tata kramanya hubungan kawula dengan Gusti, secara formal spiritual, misalnya: Sembahyang atau Sujud/Sholat/Kebaktian, dan sebagainya. Adapun hubungan secara social/kehidupan sehari-hari: tidak ada cara pandhaku, yang ada hanya merasa saderma, menunaikan wajib hidup.
  2. Tata kramanya hubungan sesama kawula/umat manusia, yang wajib saling menghormati dengan dasar tata susila, sopan santun, tata bahasa atau unggah-ungguhing basa, serta empan-papan, dan lainnya.
  3. Tata kramanya hubungan kawula/umat kepada alam semesta, misalnya: bagaimana manusia memelihara lingkungan hidup atau melestarikan planet bumi sebagai media kehidupan umat, hewan dan tumbuhan, serta hubungan dengan makhluk lain yang tidak kasat mata, tetapi ada, dan atas dasar kesadaran bahwa manusia ini adalah makhluk yang tertinggi dan dimuliakan oleh Sang Pencipta, oleh karena itu menurut Wewarah Sapta Darma, manusia ini telah menerima Purbawasesa/kekuasaan agar manusia sadar dan mampu mengelola dengan tata krama yang selaras dengan harkat dan martabat manusia itu sendiri, serta bersama-sam meningkatkan peradabannya dalam mencapai kelestarian keberadaan manusia di di dunia ini, dengan demikian selaras dengan pemberian Purbawasesa dari Allah Hyang Maha Kuasa. (Wewarah Tujuh no. 1 huruf D); yang sebenarnya perilaku seperti tersebut diatas, bangsa nusantara ini telah membudaya dalam kehidupan bersama, sekalipun ada beberapa penyimpangan, namun demikian bangsa nusantara masih dapat disebut memiliki budaya yang ADI LUHUNG.
Sebutan kata “Tuhan” memiliki makna: Pihak yang wajib dihormati yang setinggi-tingginya, serta harus dipatuhi segala perintah/kehendak-Nya, hal ini sama dengan tembung “Gusti” yang bermakna: yang wajib disembah dan dibekteni (dipatuhi segala perintah/kehendak-Nya) atau setya tuhu kepada-Nya. Sedangkan sebutan “Maha Esa” bermakna: Maha=linuwih/berlebih, Esa=tunggal/tunggil, sehingga kalimat yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, secara bebas dapat bermakna: pihak yang wajib dimuliakan serta dihormati setinggi-tingginya (disembah) dan berlebih (amat/sangat) tunggal (utuh), artinya, sekalipun terbagi-bagi/terpecah-pecah dan berbeda-beda namun masih berada dalam kesatuan tunggal-Nya, misalnya: tercipta adanya planet bumi beserta isinya dan benda-benda ruang angkasa lainnya di dalam hukum tata surya-Nya, semua itu masih berada dalam kesatuan tunggal-Nya, termasuk alam-alam lain beserta isinya yang tidak kasat mata.

Bangsa nusantara yang terdiri dari berbagai suku/etnis, serta agama dan kepercayaannya itu kemudian disebut “Bhineka Tunggal Ika”, berwarna-warni akan tetapi bisa guyub bersatu, namun tentu saja di dalam penyebutan terhadap Tuhan/Gusti ini juga bermacam-macam, ada yang menyebut sifatnya atau namanya, misalnya: Sang Hyang Widdi Wasa, Pangeran, Gusti Allah, Allah atau hanya disebut Gusti, Sing Maha Wikar, Sing Kuwasa, Maha Agung Kang Murbeng Dumadi, Maha Wasesa, dan sebagainya. 

Penggunaan kata sebutan tersebut selaras dengan perkembangan pergaulan bangsa majemuk ini, karenanya ada kata yang berasal dari Bahasa Arab, India, Sansekerta, Jawa kuno dan Jawa baru, dan lain-lain. Ini adalah sekedar contoh penggunaan kata yang berkembang dalam kehidupan bangsa nusantara ini, misalnya kata “Sembah Hyang” ini dari Bahasa Jawa kuno dan Bahasa Jawa baru, karena dalam hal ini Hyang (nama DZAD/Cahya MAYA) bermakna sama dengan kata Allah, berarti bersembah kepada Allah, sama artinya dengan kata “Sholat”, kata “Sujud”, dan sebagainya, dengan adanya sedikit contoh sesebutan nama Tuhan atau Gusti tersebut diatas, selanjutnya akan semakin berkembang penalaran kita ini, kita sadar bahwa Gusti itu ada dan dapat dimengerti dengan rasa, dan segalanya serba maha yang telah disebutkan tadi, misalnya: Maha Wasesa (Maha Kuasa) yang menciptakan dan sekaligus menguasai alam semesta ini (alam dengan segala isinya), oleh karenanya, orang jawa menyebut “Hyang Maha Murbeng Dumadi”, artinya yang murba dan amisesa seluruhnya yang ada/terjadi. 

Sesungguhnya akal dan pikir manusia tidak akan mampu mewadahi/memahami dengan pasti tentang keberadaan-Nya itu, karenanya ada yang menyebut memang gaib/samar, artinya tidak jelas, tetapi ada, karena sulitnya memahami, terserah kita manusia ini dalam perlakuan serta anggapan terhadap keberadaan Tuhan/Gusti ini. Misalnya, diperlakukan seperti apa, seperti bawahan yang bisa diperintah, contoh:”Ya Allah, lindungilah bangsa kami ………”, diperintah oleh umat-Nya pun tidak pernah kecewa/marah, dan sebagainya, begitu pula dipuja dan dipuji, Allah juga tidak pernah bangga disembah dan dibekteni, bahkan dianggap tidak adapun, Allah Hyang Maha Kuasa tidak akan pernah berubah, tetap sebagaimana adanya semula, karena begitu samarnya, kita manusia ini sering terjerumus dalam kekeliruan cara kita meyakininya.

Kadang-kadang terasa sangat tebal keyakinan kita terhadap kemaha-kuasaan Tuhan ini, termasuk menguasai keberadaan diri kita ini. Namun dalam suatu saat, kita manusia ini merasa sangat berkuasa, tidak hanya menguasai dirinya sendiri, akan tetapi juga merasa mampu menguasai lebih luas lainnya. Situasi dan kondisi seperti ini jika kita manusia ini telah meninggalkan sifat arif dan bijaksana, kita akan terjerumus pada sifat kesombongan manusia. Oleh karena itu, kita awajib bersyukur karena telah bersujud kepada-Nya dengan cara melalui penelitian getaran RASA, yang selanjutnya juga dapat selalu mempertajam kepekaan rasa, sehingga kita akan berkembang pada rasa dan perasaan atau dalam Bahasa Jawa-nya, Rasa Rumangsa, sehingga dapat sebagai modal pembentukkan perilaku manusia yang tidak selalu Rumangsa bisa, akan tetapi sering ingat dalam perilaku Bisa rumangsa (Rumangsa serba terkatas, rumangsa sebagai Kawula. Rumangsa sejatine among saderma nglakoni). sehingga tidak lagi kita sering lupa diri, karena selalu merasa bahwa Gusti/Tuhan tudak beserta dengan kita, dengan demikian kita sering berbuat semena-mena (sekehendak hati).

Sifat mudah lalai seperti ini, kalau kita tidak jujur, karena dimulai dari anggapan kita terhadap keberadaan Tuhan, seperti sosok orang/manusia atau sosok Raja di Raja yang posisinya di atas langit nan jauh disana, atau setidaknya merasa atau mengira ada dua pihak yang terpisah dengan jelas antara diri kita manusia sebagai umat/pihak, satu pihak dan kemudian ada Allah Hyang Maha Kuasa (Sang Pencipta alam beserta isinya) sebagai pihak yang lain, yang keberadaannya terpisah secara signifikan (tanpa sedikitpun ada hubungan), semacam keberadaan kawula dengan Gusti terpisah (dua belah pihak). Pengertian semacam ini memang tidak salah, namun sejatinya, antara manusia dengan Allah Hyang Maha Kuasa itu ibarat ikan dengan air samudra nan luas tiada batas, jadi ikan tanpa air pasti tidak ada/mati, namun sebaliknya air tanpa ikan ya tetap masih air, tidak akan berubah. Hal ini seyogyanya bagi Warga Sapta Darma harus dapat merasakan dan membuktikannya dalam pengertian secara luas.

Wewarah pada bab IV, Simbul Pribadi Manusia (SPM) menjelaskan bahwa di dalam pribadi manusia ada (kadunungan) percikkan Sinar Cahya Allah yang meliputi seluruh tubuh manusia. Di dalam penelitian bersentral pada kecer ati (telenging ati), karenanya ada sebutan Hati Nurani, karena itu apabila rasa hati manusia tertutup oleh berbagai macam kepentingan nafsu, tentu saja cahaya hatu manusia akan menjadi suram bahkan menjadi gelap (bingung, dan sebagainya), pengertian ini menujukkan bahwa Allah atau Hyang itu tidak berbentuk seperti sosok pribadi manusia (Raja di Raja) seperti tersebut diatas tadi. Namun Gusti/Allah/Hyang itu dalam pemahamannya tidak berbentuk apa-apa, atau dapat disebut dalam Bahasa Jawanya, “ora gatra, ora rupa”, atau “ora kena kinarya apa”. Dalam pengertian ini, sebutan Allah itu adalah nama-Nya. Adapun yang diberi nama Allah itu sejatinya DZAD/Zat Cahya Maya yang keberadaan-Nya itu maha agung/meliputi seluruh apa yang ada dan tidak mengenal dimensi ruang dan waktu serta tempat, sehingga dapat disebut tanpa batas, karenanya disebut dimana-mana ada dan tidak pernah kemana-mana, tidak pernah owah gingsir (langgeng). Itulah Hyang Maha Kuasa, yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya (planet-planet dalam tata surya) serta benda-benda ruang angkasa lainnya.

Di samping jagad atau alam dunia tadi juga menyatu pula adanya alam antara/lokomitara atau alam halus atau roh, dan sebagainya yang belum kembali ke alam langgeng (Kaswargan). Dan berikutnya ada alam langgeng/abadi dan atau Swarga (Alam Maya). Adanya tiga alam yang berbeda ini pada hakekatnya adalah menyatu dalam satu kesatuan yang utuh, oleh sebab itu sering juga disebut TRILOKA yang bermakna: Tri=tiga yang telah menyatu, sedang Loka=jagad atau alam. Sehingga arti lengkapnya kata “Triloka” adalah, kesatuan tiga alam (alam dunia (lokika), alam halus/roh dan lain sebagainya (lokantara), serta alam langgeng/kaswargan (lokabwera)) disamping pengertian adanya ketiga alam (makro kosmos) diatas, juga ada pengertian adanya jagad pribadi (mikro kosmos) yang juga terbagi dalam tiga tingkatan yang menyatu dalam kesatuan rasa, antara lain: di bawah lambung/tulang iga bawah, disebut JANALOKA, dari lambung keatas sampai dengan pangkal leher (tenggeg) disebut ENDRALOKA, dari pangkal leher ke kepala disebut GURULOKA. Ketiga loka ini juga disebut TRILOKA yang melambangkan seluruh jagad gumelar ini dapat dimasukkan ke dalam jagad pribadi manusia, karenanya JANALOKA sebagai lambang alam dunia, ENDRALOKA sebagai lambang alam halus/roh (usik, krentek, dan lain-lain), GURULOKA sebagai lambang alam penentu/guru/pangeran atau keputusan (dalam kondisi normal, GURULOKA/otak untuk berpikir dalam mengambil keputusan, dalam kondisi sujud, Janaloka harus lerem dulu (getaran kasar), kemudian Endraloka, krentek, angan-angan harus lerem, tidak naik ke otak.

Jika berhasil dapat menemukan jalannya getaran halus (prawita sari) naik ke Guruloka, oleh sebab itu otak harus kosong terlebih dahulu, ini bisa terjadi apabila Endraloka telah kosong/tidak mengirim getaran lagi ke otak/berpikir. Hal ini semua bisa terjadi jika jasmani/badan kasar beserta unsur sebelas saudara/badan halus telah ikhlas/pasrah/sumeleh seluruhnya, tinggal satu yang bersifat jujur dan ikhlas menerima tugas sebagai saksi, bahwa Triwikrama akan/sudah terjadi, dengan demikian adanya hanya mengerti tanpa melalui pikir/otak, karena masih dalam rasa/lubuk hati yang kosong dan jernih tadi, disinilah perlunya dalam laku keseharian, kita harus selalu menjaga kebersihan/keheningan rasa hati (Waya Brata).

Sehingga di dalam menunaikan darma hidup sehari-hari, kita harus selalu di dalam tuntunan hidup ini, artinya kehidupan ini hakekatnya hanya sebagai peraga saja (saderma nglakoni), wujud dalam rasa/perasaan kita ora rumangsa bisa ananging tansah bisa rumangsa. Merasa/menyadari bahwa semuanya ini adalah memang digerakkan oleh Sinar/Cahaya ning Hyang itu. Dengan demikian kita manusia ini tidak pernah merasa jauh apalagi berpisah dengan Hyang/Allah itu, karenanya manusia tersebut akan menjadi tambah percaya diri (PD), akan tetapi tidak sombong, karena sadar dan tahu diri (TD).

Dengan modal dasar pengertian hakuming Hyang tersebut diatas, manusia akan sadar, tulus dan ikhlas melaksanakan kewajiban setya dan tuhu kepada Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha Wasesa, Maha Langgeng. Sebagai roh-nya seluruh Wewarah Tujuh yang harus didarmakan oleh ketiga warga Allah ini. Hal tersebut selaras dengan kata “darma” yang bermakna kewajiban suci, artinya seluruh tugas kewajiban hidup manusia harus dilaksanakan tanpa ada sedikitpun pengharapan akan menerima imbalan/balasan dari manapun dan berupa apapun, hanya berdasarkan rasa sadar bahwa manusia hidup dan digerakkan segalanya oleh Cahya Allah ini, sehingga hakekatnya yang berkarya dan berdarma itu adalah Hyang Maha Kuasa itu sendiri, oleh karenanya, Bapa Panuntun Agung Sri Gutama dalam buku Dasawarsa disebutkan SEPI ING PAMRIH, RAME ING GAWE. Itulah dasar hukum darmanya para Warga Sapta Darma yang ditujukan kelak pada saat meninggalkan dunia fana ini akan langsung dipersilahkan kembali manunggal pada asalnya (kembali sawarganya Allah lagi), yang sering disebut swarga ini adalah alam langgeng, artinya: tiga NUR yang TRIWIKRAMA ini setelah tancep kayon (wafat). Nur/Cahaya kembali manunggal sasinar di Alam Kamulyan Langgeng, sehingga manusia harus merasa tidak ada lagi, selaras dengan tesing dumadi, karena sebelum peristiwa Tesing Dumadi kita ini, kita memang tidak pernah merasa ada, karenanya harus kembali tidak ada lagi (menjadi urip langgeng/uriping Gusti).

Untuk lebih jelasnya marilah kita mencoba sekali lagi tentang pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa, yang arti dan makna ringkasnya adalah sebagai berikut: “PIHAK YANG HARUS DISEMBAH DAN DIBEKTENI SERTA AMAT TUNGGAL” yang dapat kita sebut ALLAH atau HYANG, yang bila kita sebutkan itu adalah DZAD/CAHYA MAYA yang keberadaan-Nya meliputi seluruh wujud serta sifat ciptaan-Nya (planet bumi/tata surya alam roh dan alam maya) semuanya dalam satu kesatuan (Triloka). Adapun kita manusia ini ada pada planet bumi yang berada pada lingkungan tata surya tadi (alam dunia). Sedangkan alam dunia juga diliputi oleh alam roh/halus yang masih ada sifat suka dan duka. Kemudian dari dua ala mini juga diliputi oleh alam Cahya Maya tadi, oleh karenanya dapat disebut: dimana-mana ADA, akan tetapi tidak pernah kemana-mana (tidak owah gingsir). Itulah yang kita sebut: Tuhan Yang Maha Esa (Maha Tunggal). Maha Tunggal sama dengan sebutan SATU (satunggal/SAWIJI). Tambahan uraian singkat ini kiranya dapat memperjelas pemahaman kita tentang Tuhan Yang Maha Esa. Sebutan tersebut dalam lebih singkatnya akan kita sebut saja GUSTI atau TUHAN, dalam hal ini marilah kita masuk lebih kedalam lagi, misalnya: Tuhan ini adalah rasa ASIN atau LEGI atau PADHANG, artinya dapat dijelaskan sebagai berikut: keTUHANan = keASINan = keLEGIan = kePADHANGan.

Dengan bahasan ini dapat kita pahami bahwa warga NKRI (manusia nusantara) ini pada hakekatnya disadari atau tidak, seluruhnya mengakui bahwa setiap sosok pribadi telah diliputi oleh Gusti, atau kePADHANGan Cahaya-Nya Gusti tadi, atau lebih tegasnya lagi, jika Gusti/Tuhan tadi bersifat/berupa DZAD atau CAHAYA/MAYA = NUR/URIP sehingga dapat disimpulkan bahwa kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa” sama arti/maknanya dengan kalimat: keURIPan yang Maha Esa (Maha Tunggal), berikutnya dapat diyakini bahwa manusia ini cahayanya/urupnya/uripnya adalah urip-Nya Gusti, bukan hidupnya manusia sendiri. 

Oleh sebab itu, apabila manusia hidupnya ini ditarik kembali oleh Yang Empunya (Tuhan), manusia tidak akan mampu mempertahankannya, mau tidak mau meninggalah manusia ini beserta seluruh kemampuannya. Sehingga jikalau kita sepakat dengan pemahaman ini, maka segala ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang ini pada sejatinya adalah ilmu dan pengetahuan miliknya Sang Cahaya /Hidup/ Ki Urip tadi. Sehingga kita dapat meyakini kebenaran adanya ucapan bahwa, “ilmu itu adalah cahaya (cahaya Allah), atau kebenaran ucapan tiada kemampuan dan atau kekuatan apapun dan dari manapun yang ada pada diri manusia kecuali hanya ada kemampuan dan kekuatan dari Allah/Hyang tadi. Sebagai bukti dan kesaksian kita, bahwa setiap orang yang dinyatakan telah meninggal dunia/mati, mengedipkan mata saja sudah tidak akan mampu atau tidak akan kuat, silahkan digali pembuktian secara kerokhaniannya, adapun uraian diatas dapat kita anggap sebagai bukti dan kesaksian secara kejasmanian/penalarannya........BERSAMBUNG