Kamis, 07 Oktober 2010

SUJUD ITU MENGANDUNG PERUWATAN

Memahami atau meneliti dan mendalami pengetahuan tentang Tesing Dumadi adalah sebuah perenungan yang mendalam tentang hakekat manusia untuk selalu bisa bersikap andap asor, wani ngalah luhur wekasane dan sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti menuju manusia yang sempurna dapat memayu hayuning buana agung maupun alit (jagad pribadi). Bahwasanya sebuah kelahiran adalah proses sang urip melanjutkan perjalanan hidupnya yang panjang akibat buah karma yg pernah dialaminya. Mulai saat menemukan orang tuanya menjadi benih yang tertanam di gua garba sang Ibu telah menimbulkan ulah sperti contoh Ibunya harus merasakan mual-mual (ngidam) kepingin makan yang aneh-aneh. Tiba-tiba dimalam hari kepingin makan buah duren padahal waktu itu tidak lagi musim duren, tentu membuat orang tuanya susah bahkan bisa menimbulkan pertengkaran kalau keinginan tsb tidak terpenuhi. Begitu pula orang tuanya harus memeriksakan kandungannya secara rutin untuk jaga-jaga agar sijabang bayi tetap sehat, bila ada kelainan tentu membuat kekhawatiran, begitu pula orang tuanya harus ekstra kerja keras mempersiapkan kelahirannya dsb.
Saat bayi tersebut lahir dengan tangisan yg begitu lantang berseru kepada umat manusia bahwa hidup itu adalah sebuah penderitaan,  namun disisi lain diluaran sana orang tua dan keluarganya menyambut dengan suka cita bahwa hidup adalah sebuah anugrah Tuhan yg mesti disyukuri. Kelahiran telah memberi inspirasi baru, motivasi baru untuk tetap sabar dan tabah melanjutkan perjuangan hidup itu sendiri.
Anak yang lahir tersebut kini menjalani kehidupan bersama kedua orang tuannya, mengajarinya, memperkenalkannya dg lingkungan sekitarnya, menyekolahkannya, memberinya tuntunan moral dsb agar anak tsb berguna bagi sesamanya. Dsisi lain sianak bisa juga menjadi musibah bagi orang tuanya, karena telah menyusahkan sehingga ada anak-anak yg terlantar, jadi pengemis, dibunuh, dibuang,   merugikan bagi sesamanya dsb.
Terlepas dari bagaimana perjalanan anak tersebut, kini anak manusia itu tersadar bahwa tujuan hidup sesungguhnya adalah kembali pada purwa duksina, kembali pada sankan paraning dumadi. Nah disinilah persoalannya setiap orang tidak sama pengalamannya. Ada warga yg begitu mudah memahami ajaran Kerohanian Sapta Darma, ada warga yang sudah puluhan tahun menjadi warga tapi sangat susah merasakan penelitiannya, bahkan untuk bisa yang namanya hening saja susah. Banyak warga yang tadinya tekun akhirnya putus asa karena tidak menemukan apa-apa lalu mundur menjadi warga. Tidak hanya ditingkat warga, yang sudah ditunjuk menjadi Tuntunanpun.
Kembali pada masalah Tesing Dumadi Manusia, bahwa sangat mempengaruhi bagaimana warga tersebut bisa sujud yang sempurna yang dapat merasakan rasa yg semulya-mulyanya.
Sujud itu sendiri sesungguhnya mengandung peruwatan didalamnya. Dan hampir semua telah membuktikannya, apalagi saat melakukan penelitian pada sujud penggalian. Rasa panas, sakit dikaki, kadang-kadang sapta rengganya diruwat seperti dijewer telinganya, dikucek-kucek mulutnya malah ada yng merasakan seperti matanya disikat dsb. Inti semua itu adalah pembersihan pribadi atas kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sehar-hari.
Bagaimana kalau kesalahan/kekeliruan akibat prilaku sebelumnya yg belajar ilmu sesat, atau pernah berkolaborasi dengan setan atau jin, makluk halus dsb. Apakah semudah itu kita bisa melepaskannnya. Begitu pula tidak pernah belajar ilmu tetapi ditempeli oleh kekuatan leluhurnya yg dulunya sakti mandra guna ?. Dan untuk ini banyak kasus yg ada. Ada warga yang mewarisi banyak pusaka bertuah dari leluhurnya, sehingga mempunyai kemampuan metafisik meski merasa tak pernah berguru dg siapapun.
Keluhan warga yang susah saat sujud kehadapan Hyang Maha Kuasa menjadi PR bagi para Tuntunan untuk mencari tahu /mendeteksi warganya apa penyebabnya?………..to be continyu.

0 komentar:

Posting Komentar